Page 75 - Sastra Anak
P. 75

Tidak  ada  kata  yang  diucapkan  Ibu,  matanya
         sesaat  menatap  ke  arahku.  “Ayolah,  Bu  bicara,  ada
         apa?”     Tanyaku      untuk     kedua     kalinya.    Sambil

         bersimpuh  di  depan  kakinya,  kupegang  kedua
         tangan  ibu.  Kuyakinkan  ibu  agar  mau  bicara.  “Bud,
         Ibu  kasihan  ke  kakakmu.”,  dengan  suara  lirih  Ibu

         menyampaikan kegundahannya.
         Aku  simpan  di  dalam  tas  uang  yang  telah  kuhitung.

         Aku  ke  luar  kamar  dan  menghampiriibu  yang
         wajahnya  terlihat  bingung.  Aku  ingin  meminta  ijin
         ibu  untuk  menggunakan  uang  tabunganku  membeli

         sepeda  yang  selama  ini  kuidamkaan.  “Ibu,  kenapa
         dari  tadi  terlihat  bingung?”  tanyaku  membuka
         percakapan.

                                           “Memang         ada      apa
                                           dengan      kakak,     Bu?”,
                                           aku  penasaran  karena

                                           selama       ini   kakakku
                                           tampak  baik-baik  saja.
                                           “Kakakmu        ingin    ikut

                                           ujian     di    kampusnya
                                           tetapi  Ibu  belum  punya
                                           uang     untuk     melunasi

                                           tunggakan biayanya”.





                                                                     72
   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80