Page 28 - KIMIA PANGAN DAN GIZI MODUL-4_Neat
P. 28

2.2.3 Lipid
                    Lipid adalah komponen utama dalam diet yang berfungsi sebagai sumber

             dan  cadangan  energi,  menyediakan  9  kcal/g.  Kandungan  lipid  dalam

             makanan bervariasi, mulai dari sangat rendah hingga sangat tinggi, seperti
             pada produk hewani dan nabati: haddock (0,1%), cod (0,4%), barley (1,9%),

             susu  (4–6%),  ayam  (7%),  keju  (25–30%),  mentega  (80%),  dan  ghee/minyak

             mentega (99,5%). Lipid juga mengandung vitamin larut lemak seperti A, D, E,
             dan K, serta menyediakan asam lemak esensial bagi tubuh kita. Asam lemak

             tak  jenuh  tunggal  dan  asam  linoleat  terkonjugasi  (CLA)  memiliki  manfaat

             bagi kesehatan, seperti mengurangi risiko penyakit jantung koroner. Selain
             itu,  lipid  berperan  penting  dalam  memberikan  rasa,  palatabilitas,  tekstur,

             dan aroma pada makanan. Lipid dapat menghasilkan kelembutan (misalnya,
             kulit pai minyak) atau kerapuhan (pastry puff) yang memberi karakteristik

             unik pada produk makanan. Namun, konsumen yang peduli kesehatan sering

             mencari produk makanan yang rendah lemak, tanpa lemak, atau lemak yang
             dikurangi,  yang  dibuat  dengan  mengganti  lipid  menggunakan  pengganti

             lemak dari karbohidrat, protein, atau lemak (Patton, 1990).



                                     Setiap  jenis  lemak  dan  minyak  memiliki  profil  asam  lemak  yang

             berbeda,  jadi  pengukuran  berbagai  parameter  yang  terkait  dengan
             komposisi  asam  lemak  (seperti  titik  lebur,  nomor  saponifikasi,  nilai  iodin,

             dan indeks bias) sering dilakukan untuk memastikan produk makanan tidak

             dipalsukan.  Titik  lebur  lemak  biasanya  berada  dalam  rentang  tertentu,
             bukan angka yang pasti, karena ada variasi trigliserida yang meleleh pada

             suhu  rendah,  sedang,  dan  tinggi.  Misalnya,  lemak  susu  memiliki  rentang

             lebur yang luas, dari -40°C hingga +40°C, sedangkan lemak cokelat meleleh
             pada  suhu  yang  lebih  dekat  dengan  suhu  tubuh,  sehingga  bisa  meleleh  di

             mulut.  Selain  itu,  lemak  bisa  membentuk  berbagai  jenis  kristal  saat
             didinginkan.  Dengan  mengontrol  proses  kristalisasi  lipid,  kita  dapat

             meningkatkan tekstur makanan, seperti pada mentega dan lemak susu tanpa

             air,  karena  kristal  lemak  kecil  memberikan  tekstur  yang  halus  (Cheung,
             2015).







     16
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33