Page 84 - AHASLA.indd
P. 84
Tiga unsur pokok pelanggaran sila ke-8:
1. Tempat tidur tinggi atau besar (uccāsayana-
mahāsayanaṃ)
2. Menyadari bahwa itu adalah tempat tidur yang tinggi
atau besar (uccāsayana-mahāsayana-saññitā)
3. Duduk atau berbaring di tempat tidur tersebut
(abhinisīdanaṃ vā abhinipajjanaṃ vā)
Selain tempat tidur, tempat duduk (āsana) juga sebenarnya
termasuk dalam objek pelatihan. Pada masa India kuno,
bahkan dalam dunia modern, duduk di atas kursi yang
mewah dan ditinggikan adalah simbol kekuatan dan
status. Semua pemimpin memiliki tempat duduk khusus
yang tinggi dan mewah. Tujuan dari sila ini adalah berlatih
melepaskan status dan tidak mengambil keuntungan dari
status sosial orang lain.
Buddha meminta umat perumah tangga untuk tidur di
atas tikar yang diletakkan di lantai selama hari uposatha.
100
Memang secara langsung tidak ada hubungannya dengan
perilaku bermoral, hanya saja latihan ini sangat bermanfaat
untuk mengikis kesombongan, mengurangi kelekatan,
dan menekan keakuan.
Kriteria “tinggi” berarti tidak boleh lebih tinggi dari 8
sugata-aṅgula (lebar jari Buddha). Menurut Aṭṭhakathā,
1(lebar) jari Buddha =3 (lebar) jari manusia biasa, sehingga
8 jari Buddha seukuran satu hasta + satu kepalan tangan
(lihat lampiran). Menurut Ñāṇavara Thera, 8 sugata-aṅgula
100 A 1.215
74 AṬṬHASĪLA