Page 88 - AHASLA.indd
P. 88

Kemudian Buddha mengisahkan riwayat masa lalunya
          ketika menjadi pelayan seorang saudagar kaya bernama
          Suciparivāra yang sangat gemar berdana dan melakukan
          kebajikan lainnya. Istri dan anak-anaknya, seluruh anggota
          dalam rumah tangganya, pelayan, serta penggembala
          sapinya melaksanakan enam hari  uposatha setiap
          bulan. Meskipun Bodhisatta tidak mengetahui  uposatha
          sebelumnya, namun dengan tekad yang kuat ia tetap
          menjalankan  uposatha-sīla semaksimal mungkin sampai
          akhirnya meninggal dunia karena menahan sakit yang
          tiada tara. Berkat pelaksanaan  uposatha-sīla  selama
          setengah hari, maka Bodhisatta terlahir kembali menjadi
          anak raja yang memiliki menguasai dengan sempurna
          semua ilmu pengetahuan.

          Reputasi orang yang giat melaksanakan  uposatha-sīla
          akan tersebar luas seperti penjelasan dalam Makhādeva
          Sutta.  Raja Nimi selalu menjalankan uposatha-sīla pada
               103
          hari ke-8, 14, dan 15 setiap bulannya sehingga membuat
          para dewa Tāvatiṃsa ingin bertemu dengannya. Sakka, raja
          para dewa, bahkan mengirim kereta kencana yang ditarik
          seribu ekor kuda keturunan murni untuk menjemputnya
          ke alam surga.

          Dalam  Uposatha  Sutta,  Buddha memberikan analogi
                                 104
          yang indah terkait pelaksanaan  uposatha, “Seseorang
          tidak boleh  membunuh makhluk-makhluk hidup atau
          mengambil apa yang tidak diberikan; ia seharusnya tidak
          berkata bohong atau meminum minuman memabukkan;

          103 M 2.74
          104 A 1.205
          78                                               AṬṬHASĪLA
   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92   93