Page 77 - AHASLA.indd
P. 77

Walaupun menerima bahwa seks adalah bagian yang
           normal dalam kehidupan berumah tangga, Buddha
           mengesampingkannya sebagai sesuatu yang terbelakang
           (gāma dhamma), yakni sangat umum dilakukan, kuno,
           dan duniawi.  Buddha mengerti bahwa hasrat yang
                        86
           tinggi terhadap kenikmatan nafsu indriawi (kāmacchanda)

           menyebabkan kegelisahan  fisik dan psikis, mengalihkan
           perhatian dari aspirasi spiritual, dan merintangi
           pengembangan batin. Buddha menyatakan bahwa
           kenikmatan hawa nafsu hanya memberi sedikit kepuasan,
           banyak masalah serta keputusasaan, serta sangat
           berbahaya.
                     87
           Terdapat sebuah kepercayaan yang menyatakan bahwa
           jika terlalu banyak menuruti kesenangan seksual, maka
           berpotensi terserang batuk (kasa), asma (sāsa), sakit sendi
           (daraṃ), dan kurangnya kemampuan membuat keputusan
           (bālayṃ).
                    88
           Ada 3 kiat yang dapat dilakukan oleh orang yang selibat
           untuk mengatasi keinginan seksual:
                                             89
           1.  Merenungkan dan mengimajinasikan semua aspek
              tubuh (kāyagatāsati) yang tidak kekal.
           2.  Menjaga pintu indra (indriya saṃvara), yakni
              menghindari hal-hal yang dapat merangsang keinginan
              sensual dan sadar terhadap kecendrungan indra yang
              muncul.

           86  D 1.4
           87  M 1.132
           88  J 6.295
           89  S 4.110-2

           AṬṬHASĪLA                                           67
   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82