Page 79 - AHASLA.indd
P. 79
4. Tertelannya makanan itu melalui usaha tersebut (tena
ajjhoharaṇaṃ)
Di India kuno, makanan dikelompokkan menjadi
makanan lunak/lembut (bhojanīya) dan makanan keras
(khādanīya). Semuanya dapat dikonsumsi dengan cara
92
dimakan, diminum, atau dihisap, namun terbatas oleh
waktu (yāvakālika).
Jus buah-buahan (dengan sejumlah pengecualian ), jus
93
tebu, dan jus akar teratai boleh diminum setelah tengah
hari (semuanya sudah disaring alias bebas dari ampas).
Teh, kopi, coklat murni, minyak samin (ghee), mentega
segar, minyak, madu, air gula, serta semua jenis obat
atau vitamin dapat dikonsumsi sepanjang hari. Meskipun
demikian, tidak semua negara buddhis memiliki penafsiran
yang sama.
Susu termasuk yang dilarang setelah tengah hari,
namun untuk berbagai alasan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Di Thailand, keju dianggap
sebagai mentega segar (navanīta), padahal sesungguhnya
bukan.
Pada masa India kuno, pengukuran waktu dilakukan dengan
melihat posisi matahari. Waktu yang diperkenankan untuk
makan adalah sejak waktu matahari terbit/terang tanah
92 S 1.162
93 Jus buah yang lebih besar dari kepalan tangan tidak boleh diminum setelah tengah
hari. Namun di dalam Aṭṭhakathā hanya disebutkan 9 jenis buah yakni buah lontar/
siwalan, kelapa, nangka, sukun, labu air/sayur, kundur, melon, semangka, dan waluh,Sp
5.1103
AṬṬHASĪLA 69