Page 7 - EBOOK_SULTAN
P. 7
Pada tahun 1620 pasukan Mataram mulai mengepung
kota Surabaya secara periodik. Sungai Mas dibendung untuk
menghentikan suplai air, namun kota ini tetap mampu
bertahan.
Sultan Agung kemudian mengirim Tumenggung
Bahureksa (bupati Kendal) untuk menaklukkan Sukadana
(Kalimantan sebelah barat daya) tahun 1622. Dikirim pula Ki
Juru Kiting (putra Ki Juru Martani) untuk menaklukkan
Madura tahun 1624. Pulau Madura yang semula terdiri atas
banyak kadipaten kemudian disatukan di bawah pimpinan
Pangeran Prasena yang bergelar Cakraningrat I.
Dengan direbutnya Sukadana dan Madura, posisi
Surabaya menjadi lemah, karena suplai pangan terputus sama
sekali. Kota ini akhirnya jatuh karena kelaparan pada tahun
1625, bukan karena pertempuran. Pemimpinnya yang bernama
Pangeran Jayalengkara pun menyerah pada pihak Mataram
yang dipimpin Tumenggung Mangun-oneng.
Beberapa waktu kemudian, Jayalengkara meninggal
karena usia tua. Sementara putranya yang bernama Pangeran
Pekik diasingkan ke Ampel. Surabaya pun resmi menjadi
bawahan Mataram, dengan dipimpin oleh Tumenggung
Sepanjang sebagai bupati.
Setelah penaklukan Surabaya, keadaan Mataram belum
juga tentram. Rakyat menderita akibat perang yang
berkepanjangan. Sejak tahun 1625-1627 terjadi wabah
penyakit melanda di berbagai daerah, yang menewaskan dua
per tiga jumlah penduduknya.