Page 115 - Modul PAI Flipbook SMA Berbebasis Problem Based Learning
P. 115
5. Sunan Kudus
Sunan Kudus merupakan salah satu dari
sembilan wali yang menyebarkan Isalm di tanah Jawa.
Nama aslinya adalah Sayyid Ja’far Shadiq Azmatkhan.
Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi
Muhammad Saw. Ia mandalami agama Islam melalui
ayahnya sendiri, sejak kecil hingga menginjak masa
remaja. Sejak kecil ia memang bercita-cita untuk
menjadi juru dakwah dan menyebarkan ajaran Islam.
Selain memperdalam ilmu agama Islam melalui ayahnya,
ia juga belajar ilmu agama kepada Kiai Telingsing dan Sunan Ampel.
Meskipun ia bukanlah penduduk asli Kudus, namun ia mampu menjadi tokoh
sentral di Kudus karena jejak perjalanan hidup dan kemampuannya dalam menyebarkan
agama Islam kepada masyarakat Kudus. Metode dakwah yang dilakukan oleh Sunan
Kudus adalah mengadopsi cara-cara yang telah dilakukan sebelumnya oleh Sunan
Bonang. Masyarakat Kudus saat itu masih banyak yang menganut kepercayaan Hindu-
Budha. Meski sebagian kecil sudah ada yang menganut agama Islam,
Hal tersebut mendasari Sunan Kudus untuk mengembangkan ajaran toleransi
beragama antara umat Islam dengan umat Hindu-Budha. Sebagai bentuk penghormatan
dan penghargaan kepada umat Hindu, pada saat hari raha Idul Adha Sunan Kudus tidak
memperbolehkan umat Islam untuk menyembelih sapi, hewan yang dianggap keramat
dan suci bagi umat Hindu. Hal tersebut rupanya justru menjadikan masyarakat Hindu
menjadi bersimpati, sehingga mereka benar-benar segan dan menaruh rasa hormat
kepada Sunan Kudus.
Selain menyampaikan ajaran dakwah kepada umat Hindu-Budha, Sunan Kudus
juga memperluas ajakannya kepada masyarakat yang masih menganut kepercayaan lokal
yaitu animisme dan dinamisme. Ia pun menggunakan cara yang unik yaitu membangun
pancuran wudu di Masjid Menara Kudus yang dibangunnya dengan jumlah 8 (delapan)
pancuran, dan di setiap atas pancuran diletakkan arca. Hal itu dilakukan agar umat Budha
yang sebelumnya tidak tertarik kepada agama Islam pun menjadi terdorong hatinya
105