Page 30 - Pend. Agama Kristen dan Budi Pekerti Kelas XII
P. 30

“Korban migran ini lebih parah dari korban perang, tapi tak tersentuh,”
                    keluhnya. Yuniyanti  mencatat jumlah kekerasan terhadap perempuan
                    semakin meningkat, mencapai 30-an kasus kekerasan setiap hari. Begitu
                    pula dengan regulasi yang diskriminatif, dalam tiga tahun terakhir
                    jumlahnya semakin banyak. Jika tahun 2010 jumlah regulasi diskriminatif
                    yang tersebar di seluruh Indonesia hanya seratusan tapi sekarang mencapai
                    lebih dari tiga ratus.
                    Ketua KPAI, Badriyah Fayumi, mengatakan kekerasan seksual dan

                    pornografi terhadap anak perlu mendapat perhatian serius dari semua
                    pihak. Sebab, sudah banyak kasus yang berkaitan dengan kekerasan

                    seksual dan pornografi anak. Misalnya, bayi perempuan berumur 9 bulan
                    menjadi korban kekerasan seksual pamannya. Bayi malang itu diperkosa
                    dan disodomi. Kemudian, anak berumur 7 tahun melakukan kekerasan
                    seksual terhadap temannya yang masih berusia balita. KPAI mencatat kasus

                    kekerasan seksual dan pornografi saat ini jumlahnya meningkat. “Maka itu,
                    hari ini Indonesia bisa dikatakan darurat kekerasan seksual anak,” ucapnya.
                    Menurut Badriyah, mudahnya mengakses konten pornografi   menjadi
                    pemicu terjadinya kekerasan seksual dan pornografi anak. Kondisi

                    lingkungan terdekat anak juga berpengaruh besar terhadap perlindungan

                    anak. Parahnya, kekerasan seksual dan pornografi anak, terutama yang
                    terjadi secara online belum memliki payung hukum yang tepat. Padahal,
                    jumlah kasus itu banyak dilakukan secara online.
                    Misalnya, komunikasi antara pelaku dan korban dilakukan lewat online,


                    tapi kejahatan dilakukan secara offline. Atau komunikasi dan kejahatan itu
                    dilakukan dengan cara online. “Sayangnya kasus itu tak tersentuh, kami
                    belum mendengar ada penuntasannya,” ujarnya.
                    Badriyah melihat ada jarak antara perangkat hukum yang memadai dengan
                    perlindungan anak. Kemudian, aparat penegak hukum di tingkat pusat dan
                    daerah belum peka terhadap upaya perlindungan anak, baik itu penanganan
                    kasus atau pemulihan bagi korban dan pelaku. Ia pun merasa lingkungan
                    terdekat anak saat ini dalam posisi tidak ketat melindungi anak.  Malah,
                    Badriyah melanjutkan, korban kekerasan seksual mendapat diskriminasi dan
                    dikeluarkan dari sekolah. Untuk mencegah hal tersebut sekaligus menjaga
                    pemenuhan hak anak, maka kebijakan  sekolah ramah anak harus segera
                    diterapkan. “Sehingga proses penyelenggaraan pendidikan diselaraskan
                    antara perlindungan anak dan kurikulum pendidikan,” paparnya.
                    (diunduh dari www.hukumonline.com pada tanggal 10 Februari 2016)







                                                      Pendidikan Agama Kristen dan Budi PekerƟ    19
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35