Page 97 - Aku dan Ana
P. 97

Sambil  tersenyum,  aku  hanya  menjawab,

            "Hemm, aku menyadarinya kok, biarkan lah ya,
            anggap aja nggak ada dan kamu nggak lihat."


               "Hadeh,  ya  udah,  tutup  matanya  gih!
            Menikmati cahaya senja tak harus melihat senja

            bukan," ucap Ana lagi-lagi tersenyum.

               “Iya, Ana.”

               Aku  pun  kembali  menutup  mata  dan  lanjut

            menikmati cahaya senja.

               Ketika aku menutup mata, tiba-tiba saja Ana

            menamparku  dengan  sangat  keras,  lalu  lari
            sekencang-kencangnya  meninggalkanku.  Aku

            yang  tertampar  sontak  terkejut  dan  sakit  di
            pipi.  Melihat  Ana  berlari  menjauh,  aku  hanya

            bisa tertawa, tak habis-habisnya ia berulah.

               “Ayo pulaaang! Bosan aku di sini.”

               “Laah, katanya suka di sini!” teriakku.






                                     92
                         Aku dan Ana | Nur Wahid
   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102