Page 423 - E-Book seni budaya kelas 12
P. 423

“Siang itu matahari sangat terik membakar semangat peserta lomba
                     demi mendapatkan tiga gadis kembar nan cantik rupawan. Bhisma sebagai
                     peserta terakhir karena peserta yang lainnya semua tumbang tak ada yang
                     mampu mengalahkan dua raksasa gagah perkasa jelmaan dari tali ari-ari
                     dan air ketuban ketiga gadis kembar itu (Amba, Ambika, dan Ambalika).
                     Mereka terlahir untuk mencarikan jodoh ketiga gadis kembar itu melalui
                     sayembara. Sudah kehendak cerita, Bhisma memenangkan syaembara itu
                     dan memboyong hadiah berupa tiga gadis kembar yang cerdas itu. Namun
                     ternyata perjuangan Bhisma untuk mendapatkan hadiah itu bukan untuk
                     dirinya. Melainkan untuk adik sepupunya yang merupakan putra mahkota
                     dari kerajaan Hastina sekaligus pewaris tahta. Mereka adalah Citranggada
                     dan Wicitrawirya.
                         Bhisma memboyong ketiga gadis kembar itu untuk kemudian
                     dipersembahkan  kepada ibu suri (Setyawati).  Tiba di keraton Hastina
                     disambut oleh Setyawati dan kedua anaknya yang menunggu kedatangan
                     Bhisma serta gadis hadiah lomba untuk dijadikan isterinya.  Ambika
                     dijodohkan  dengan  Citranggada,  Ambalika  dijodohkan  dengan
                     Wicitrawirya, sedangkan Amba...!

                         Sebenarnya  Amba sangat tertarik  pada Bhisma sejak pandangan
                     pertamanya di arena lomba, namun sayang Bhisma telah bersumpah untuk
                     tidak beristeri demi kelangsungan keturunan darah Kuru.  Amba sadar,
                     tetapi  hatinya  juga  telah  bersumpah  untuk  mengabdi  pada  lelaki  yang
                     memenangkan  lomba. Kegagahan, ketampanan,  kewibawaan Bhisma
                     membuat seluruh wanita luluh di depannya tidak terkecuali Amba. Hasrat
                     cinta Amba pada Bhisma adalah hal yang manusiawi, namun asmara itu
                     hanya menjadi ceritera indah. Hanya menjadi bunga-bunga yang segar di
                     taman tak pernah menjadi buah.

                         Amba  selalu  ingin  bersama  Bhisma  karena  sumpahnya  dan
                     asmaranya yang menggebu. Sebaliknya Bhisma merasa terganggu dengan
                     kehadirannya dan takut disangka tidak setia pada sumpah. Bagaimana orang
                     lain berpendapat tentang Bhisma kesatria yang gagah perkasa dan sangat
                     disegani seluruh rakyat Hastina jika ketahuan selalu dekat dengan Amba.
                     Harga diri dan kemuliaan hidup bagi Bhisma adalah harga mati. Begitupun
                     Amba, kesejatian cinta yang telah tercurahkan seluruhnya kepada Bhisma












                   Seni Budaya                                                            409
   418   419   420   421   422   423   424   425   426   427   428