Page 425 - E-Book seni budaya kelas 12
P. 425

simbolik yang digunakan sebagai sarana komunikasi dalam karya teater yang
                   ditontonnya, kemudian tafsirkan maknanya.

                   D. Nilai Estetis
                       Nilai  estetis  atau  nilai  keindahan  dalam  pergelaran  teater  merupakan
                   akumulasi dari nilai-nilai yang digagas dan dikomunikasikan kepada penonton.
                   Nilai-nilai itu antara lain:


                   1.  Nilai Emosional. Banyak penonton teater yang hanyut dalam suasana yang
                       dibangun oleh struktur emosi. Suasana itu dapat sedih, gembira, tragis,
                       menyayat hati, tegang, mencekam, dan sebagainya.

                   2.  Nilai Intelektual. Penonton teater seringkali merasa mengalami pencerahan
                       setelah menonton pertunjukan teater. Pertunjukan tersebut banyak
                       memberikan  nilai-nilai  informasi  tentang  kehidupan  sosial, spiritual,
                       moral, dan sebagainya.

                   3.  Nilai Visual. Penonton teater kerap merasa takjub melihat peristiwa pentas
                       dengan segala perkakasnya yang speaktakuler hasil tangan-tangan kreatif
                       para pekerja teater.

                   4.  Nilai Verbal. Banyak penonton yang kagum pada ungkapan kata-kata dari
                       para pemain dengan teknik dinamika yang luar biasa, artikulasi yang jelas,

                       serta irama yang dinamis.

                   E.   Kritik Teater
                       Teater tanpa kritik akan tetap ada, namun disangsikan pengembangannya.
                   Kritik  macam apakah  yang  dapat  mengembangkan  kualitas  dan  kuantitas
                   produk karya teater? Ada dua model kritik, yakni kritik subjektif dan kritik
                   objektif

                       Kritik subjektif adalah cara orang (kritikus) membuat ulasan berdasarkan
                   selera pribadinya. Ketika dia membuat pernyataan bahwa pergelaran teater itu
                   jelek, alasannya bahwa dia tidak suka. Sesuatu yang bagus menurut dia adalah
                   sesuatu yang dia sukai, bahkan membandingkan dengan karyanya. Sebaliknya
                   ketikan dia mengatakan bahwa pergelaran teater itu bagus, karena memang
                   dia  suka garapan  seperti  itu  atau  mungkin  ada  hubungan  personal  dengan
                   penggarap, karena penggarap itu temannya,  saudaranya, atau keluarganya.
                   Pandangan yang subjektif selalu tidak dapat dipertanggung jawabkan. Oleh
                   karena ketika dia mengatakan jelek, dia tidak mampu menunjukan di mana
                   letak kelemahannya. Begitu juga sebaliknya ketika mengatakan bagus terlanjur
                   memiliki perasaan kagum sehingga tak mampu berkata-kata. Kritikus yang
                   subjektif  kadang-kadang  punya  kecenderungan  berpihak  pada  seseorang,




                   Seni Budaya                                                            411
   420   421   422   423   424   425   426   427   428   429   430