Page 3 - PEMBINAAN POSTULAN
P. 3

Pembinaan Postulan



                   Selain itu Bunda Gereja kudus telah mengadakan sakramentali, yakni tanda-tanda suci, yang
                   memiliki  kemiripan  dengan  Sakramen-sakramen.  Sakramentali  itu  menandakan  kurnia-
                   kurnia,  terutama  yang  bersifat  rohani,  dan  yang  diperoleh  berkat  doa  Gereja.  Melalui
                   Sakramentali itu hati manusia disiapkan untuk menerima buah utama Sakramen-Sakramen
                   dan pelbagai situasi hidup disucikan. (SC No. 60)

                   Di dokumen ini Gereja telah memunculkan realitas dalam kehidupan menggereja:
                          terungkaplah bahwa dinyatakan kudus, sebuah dimensi yang ada pada kosmos atau
                          keindahan sekitar penciptaan manusia
                          kepercayaan  jemaat  yang  menggunakan  atau  memakai  barang-barang  tsb  dapat
                          terhindar dari petaka, dan tidak berarti barang tsb lalu disakralkan
                          menjadi bukti bahwa dunia tidak hanya profan belaka, karya penyelamatan-Nya tetap
                          berjalan
                          Jadi tidak da dunia profan, tidak ada dunia sakral, sebagai dua dunia yang terpisah,
                          melainkan serentak keduniawian dan kekudusan

                   Jadi yang digolongkan sebagai sakramentali adalah semua berkat yang diberikan oleh para
                   imam atau yang dikuasakan, baik pada benda bergerak (rosario, salib, patung dll) ataupun
                   benda tidak bergerak (rumah, ladang, perkebunan, gedung dll). Ada suatu kebiasaan yang
                   amat baik dan perlu dibiasakan, ialah “pemberkatan anak oleh orang tuanya”. Orang beriman
                   dapat  mencontoh  Yesus  yang  menumpangkan  tangan-Nya  pada  anka  yang  dibawa  orang
                   tuanya  untuk  mohon  berkat.  Orang  tuanya  tidak  memberkati  sebagaimana  yang  biasa
                   dilakukan oleh Yesus, melainkan memberi tanda salib pada dahi anak ybs (bdk. kebiasaan Sto.
                   Fransiskus bila memberi berkat)

                          1
                   Devosi  berasal dari devotion (Inggris) yang berarti penyerahan diri sepenuh hati, dalam sikap
                   doa  yang  membuat  orang  beriman  menjadi  tanggap  kepada  kehendak  Allah  (devotio  =
                   penghormatan [Latin]). Devosi tidak termasuk dalam liturgi Gereja artinya dapat dilakukan
                   setiap saat tanpa imam dan tidak diatur oleh Sacrosantum Concilium.

                   Devosi adalah suatu tindakan orang beriman, yang melakukan penyerahan hidup kepada
                   Tuhan,  melalui  perantaraannya  namun  penyerahan  diri  ini  acapkali  dilakukannya  dengan
                   berbagai permohonan sehingga tidak murni penyerahan diri sebagaimana dilakuka oleh Bunda
                   Maria (bdk. Luk. 1:38) tatkala menerima pemberitaan tentang Yesus.

                                                                  2
                   Secara umum devosi menurut ensiklopedi Gereja  meliputi:
                          sikap  tetap  berupa  penyerahan  seluruh  pribadi  kepada  Allah  dari  kehendak-Nya
                          sebagai perwujudan cinta kasih, juga penghormatan kepada Allah secara batiniah
                          Devosi pada dasarya adalah sikap dan tekad, walau dapat disertai perasaan juga
                          Kebaktian khusus dalam bentuk doa atau perilaku orang atau umat beriman kepada
                          rahasia kehidupan Yesus, seperti Sengsara Yesus – Jalan Salib, Hati Yesus Kerahiman
                          Ilahi, Hati Yang Maha Kudus dll.
                          Dapat pula pada Bunda Maria dengan rosario pada bulan Mei & Oktober.

               3.  SPIRITUALITAS
                   Buah tangan atau oleh-oleh Sto. Fransiskus menghadiri Konsili Latern IV pada tanggal 11
                   November 1215 di antaranya tentang liturgi gereja. Ia sangat memperhatikan ke semuanya,
                   baik pelakunya ataupun sarananya.







               1  Kamus Teologi – Gerald O’Collins, SJ & Edward G. Farrugia, SJ
               2  Ensiklopedi Gereja I – A. Heuken SJ -  CKC Jakarta
                                                             24
   1   2   3   4   5   6   7   8