Page 2 - PEMBINAAN PROFESI
P. 2
Pembinaan Profesi
III. TAHAP PROFESI
1. PENDALAMAN KONSTITUSI
POLA KEHIDUPAN DAN KEGIATAN GEREJAWI
BAB II: 1 & 3
1. PENGANTAR
Selaras dengan Surat Minister Jenderal OFS kepada Dewan Nasional OFS Para Pendamping
Rohani OFS tertanggal 6 Februari 2001 Nomor: Circ/21/96-02 tentang: Persetujuan
Penggunaan Konstitusi Umum Ordo Fransiskan Sekular yang telah diperbaharui, maka Dewan
Nasional terpilih periode Th. 2005 – 2008 bersama Pendamping Nasional dan Pendamping
Rohani Regio pada pertemuan di Wisma Santhi Godean Yogyakarta pada bulan akhir Februari
2006 telah berhasil memperbaiki garis besar Usulan Konstitusi Umum Ordo Fransiskan
Sekular. Meskipun hasil akhir masih dalam penyelesaian, namun dicoba menyusun
pendalaman, pemahaman yang menjadi Cara Hidup dan Kegiatan Kerasulan pada anggota
OFS, karena pada garis besarnya sama, antara Konstitusi yang lama dengan yang baru.
Sementara ini masih memakai “kalimat” konstitusi yang lama.
2. KONSTITUSI UMUM OFS BAB II.
POLA HIDUP DAN KEGIATAN KERASULAN
Judul I: POLA HIDUP
Artikel 8:
1) Karena profesinya kaum Fransiskan Sekular bertekad untuk menghayati Injil seturut
spiritualitas Fransiskan dalam kondisi sebagai awam.
Penjelasan:
Profesi di sini bukan berarti jabatan dalam masyarakat, seperti berprofesi sebagai guru,
PNS, dll, namun profesi dalam persaudaraan yang berarti “janji setia di hadapan Gereja”,
bahwa ybs menerima suatu tanggung jawab nyata, formal dan selamanya untuk menjadi
pengikut Sto. Fransiskus. Profesi ini sebenarnya berarti sama dengan pembaharuan janji
babtis, hanya saja di sini lebih ditekankan adanya janji setia untuk menghayati Injil Suci
seturut Bapa Fransiskus.
Mengapa harys di hadapan gereja:
Pertama, karena Fransiskan Sekular adalah bagian dari Gereja dan tunduk pada
hierarki Gereja
Kedua, profesi Fransiskan Sekular merupakan suatu janji publik, atau suatu janjia
yang dilsakanakan di hadapan pejabat publik yakni pejabat Gereja atau imam, yang
selanjutnya diteguhkan dalam Ekaristi.
Menghayati Injil seturut Spiritual Fransiskus dalam kondisi sebagai awam. Pandangan
sto. Fransiskus tentang Kitab Suci atau Injil , sungguh luar bisa, tidak mungkin ada
yang mampu mengikutnya. Ia merasa mampu bertemu dengan Yesus secara pribdi
dalam Injil.
Sto. Fransiskus tanpa kompromi ia mengikuti setiap jejak-Nya dan perintah-Nya
secara radikal:
Injil baginya merupakan sumber air kehidupan yang setiap saat ia teguk karena
senantiasa merasa puas akan kehadiran-Nya (bdk. Was 14)
Injil merupakan manifes hidup dan bersifat sangat pribadi dari kehadiran dari
kehadiran Allah yang tidak pernah menghilang, karena harus dibaca dengan
kerendahan hati, bukan dengan kesombongan. (bdk. 2 Cel 102)
Rasa hormat dan kecintaanya akan Injil berakar pada “Sabda yang telah menjadi
manusia” yang menjadi pelajaran hidup lewat pencerhan meditasi KS (bdk. 1 Cel
84)
169