Page 172 - Sejarah HMI Cabang Kendari
P. 172

Retorika,    bahwa  setiap  kader  HMI    yang  sudah  menjalani  Basic
            Training  harus  mampu  untuk  mengusai  dan  tampil    menguasai
            kemampuan berkomunikasi  dengan retorika yang  mumpuni. Untuk
            itu  setiap  peserta  training  harus  tanpil  membawakan  hadits  nabi

            yang  berbunyi  “Kullukum  Raim  Wa  Kulkum  Masulun  Anraiyatihi
            (Tiap tiap kamu ada pemimpin dan tiap tiap pemimpin akan dimintai
            pertanggujawaban)”. Sebagai master yang lebih muda dari peserta
            yang mengikuti training kebanyakan senior dan pengurus  Lembaga
            internal di kampus (Himpunan, Senat, BEM). Pada momentum itu
            peserta  Hidayat  dan  Haris  Palisuri  harus  mempraktikkan  materi
            Retorika  dengan  berdiri diatas  meja pemateri dan mengucapkan
            hadist tersebut  dengan suara lantang dan nyaring. Jika mengingat
            suasana tersebut saat itu,  terkadang  tertawa sendiri karena kedua
            peserta  tersebut    memiliki  tubuh    yang  tinggi,  sehingga  di  saat
            tampil naik ke Meja Pemateri untuk menyampaikan pidato tersebut,

            kepala  yang  bersangkutan    hampir  menyentuh  atap  wisma  HMI
            tempat berlangsungnya training.
            c.  Menikmati Aktivis Malam Hari di HMI
                   Selama menjadi aktivis di HMI sebagian besar  kegiatannya
            HMI    berlangsung  di  malam  hari  untuk  menyesuaikan  agar  para
            anggotanya  bisa menyelesaikan tugas utamanya di kampus sebagai
            sebagai mahasiswa.  Selain itu oleh para senior selalu disampaikan
            bahwa  keberkahan dalam setiap pengambilan Keputusan biasanya

            diturunkan  dimalam  hari,  sehingga  hampir  semua  pengambilan
            Keputusan strategis di HMI  pemilihan Ketua Komisariat, Cabang,
            Badko, PB  dilaksanakan pada malam hari. Saat itu Kanda Hasbullah
            Fudail  sebagai  mahasiswa    yang  menumpang    tinggal  di  Toko  7
            sebagai pekerja di pabrik Es di kota lama Kendari, sehingga harus
            mampu    membagi  waktu    agar    sebagai  aktivis,  dan  bisa
            menyesuaikan diri karena lebih banyak pulang malam hari dengan
            naik pete-pete (mobil angkutan umum di Kendari). Pada tahun kedua
            di Kendari tepatnya tahun 1990  karena toko 7 bubar, saya  harus


              153
   167   168   169   170   171   172   173   174   175   176   177