Page 37 - 220719_Dialog Kinerja 3 Tahun Badan POM
P. 37

Saing  sebagai  bentuk  dukungan  terhadap  perkembangan  industri  obat  tradisional  yang
               berturut-turut  dicanangkan  Menteri  Koordinator  Bidang  Pembangunan  Manusia  dan
               Kebudayaan (Menko PMK), Puan Maharani pada 23 November 2017 dan 12 Desember 2018.

               Keberpihakan Badan POM terhadap UMKM obat tradisional, pangan, dan kosmetik juga telah
               dibuktikan melalui langkah konkrit bersinergi dengan lintas sektor. Pada 7 Mei 2018 lalu telah
               diluncurkan Program Terpadu Lintas Kementerian/Lembaga (K/L)
               Pengembangan UMKM Obat Tradisional, Kosmetik, dan Pangan Berdaya Saing di Jakarta
               oleh delapan K/L yaitu Kementerian Perdagangan, Kementerian Desa Pembangunan Daerah
               Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Perindustrian, Kementerian Koperasi dan UKM,
               Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pertanian, Badan Ekonomi Kreatif, serta
               Badan POM. Berbagai program dilakukan Badan POM untuk mendukung UMKM berdaya
               saing  antara  lain  “Herbal  Indonesia  Expo”,  program  Bapak  Angkat  UMKM  Jamu,
               pencanangan  Kabupaten  Sukoharjo  menuju  Destinasi  Wisata  Jamu  Indonesia,  dan  Kafe
               Jamu di Sukoharjo.

               Badan  POM  juga memberikan  dukungan  penuh  terhadap  pengembangan  industri  melalui
               berbagai upaya percepatan pengembangan obat untuk peningkatan kapasitas industri farmasi
               dan pengawalan terhadap kemudahan investasi bagi Industri Farmasi, sesuai amanah dalam
               Inpres Nomor 6 tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat
               Kesehatan. Dalam kurun waktu 2016-2018, terdapat 8 (delapan) investasi industri farmasi
               asing yang telah beroperasi di Indonesia, dan pada tahun 2019 ini terdapat 3 (tiga) investasi
               industri farmasi asing yang sedang dalam proses kualifikasi fasilitas produksi sesuai standar.

               Pembangunan industri tersebut, selain untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dan produk
               kebutuhan obat esensial dalam negeri terkait produk biologi, produk onkologi, dan produk
               hormon, juga untuk diekspor ke mancanegara. Tumbuhnya iklim investasi yang positif disertai
               munculnya  industri  baru  di  bidang  farmasi  dengan  teknologi  mutakhir  ini,  perlu  dukungan
               penuh  pemerintah  Indonesia  termasuk  Badan  POM  yang  saat  ini  terus  mensinergikan
               komitmen untuk menambah lapangan kerja lokal juga untuk meningkatkan daya saing industri
               farmasi dan produk nasional.

               “Beberapa upaya terus dilakukan Badan POM untuk meningkatkan daya saing produk obat
               dan makanan serta  investasi  dalam  negeri,  diantaranya melalui  debirokratisasi  pelayanan
               publik;  deregulasi  percepatan  pelayanan  publik;  pemberian  insentif  bagi  UMKM  berupa
               penurunan tarif PNBP sebesar 50%; pembinaan teknis pemenuhan standar meliputi Cara
               Produksi  dan  Cara  Distribusi  yang  baik  kepada  industri  dan  UMKM,  dan  pendampingan
               hingga memperoleh izin edar; serta penguatan kerja sama lintas sektor di dalam dan luar
               negeri,” ungkap Kepala Badan POM.

               Badan POM berkomitmen untuk selalu terlibat dan berkontribusi dalam kegiatan regional dan
               internasional   di   bidang   kesehatan.   Dalam     ruang   lingkup   misi World   Health
               Organization (WHO),  Badan  POM  ikut  terlibat  dalam  pengembangan  standar,  penguatan
               peraturan, dan pengembangan kapasitas. Sejak tahun 2008, Badan POM telah menjadi salah
               satu dari pusat pelatihan WHO untuk Evaluasi Data Uji Klinis, Otorisasi Uji Klinis, dan Inspeksi
               Cara Uji Klinis yang Baik dalam bidang vaksin.

               Badan  POM  sendiri,  sebagai National  Regulatory  Authority (NRA),  pada  tahun  2018  telah
               dinilai  WHO  dengan  menggunakan  NRA Global  Benchmarking  Tool (GBT)  dan  mendapat
               status tingkat kematangan sistem dengan nilai 3 sampai 4 (skala 5) untuk 9 (Sembilan) fungsi
               regulatori  vaksin.  Dengan  tingkat  kematangan  tersebut  Indonesia  menjadi WHO  Listed
               Authority (WLA), Badan POM menjadi rujukan NRA negara lain. Kepercayaan internasional
               ini  sangat  mendukung  industri  farmasi  untuk  memasuki  pasar  global.  Selain  itu  pada
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42