Page 4 - Intensifikasi Pengawasan Pangan Selama Ramadhan dan Jelang Hari Raya Idul Fitri Tahun 2020_f
P. 4
Beberapa pangan dengan bahan berbahaya, katanya, antara lain formalin, boraks
dan pewarna yang dilarang (rhodamin B dan methanyl yellow). Pelaksanaan
intensifikasi pengawasan pangan dilakukan secara mandiri maupun terpadu
bersama lintas sektor terkait.
Berdasarkan data hasil pelaksanaan intensifikasi pengawasan pangan pada bulan
Ramadhan dan menjelang Idul Fitri tahun 2019, kata dia, menunjukkan masih
banyak ditemukan produk pangan olahan kemasan yang tidak memenuhi ketentuan
(TMK).
Dari 5.862 sarana ritel dan distribusi pangan yang diperiksa, terdapat 2.667 (45,50
persen) sarana distribusi TMK karena menjual produk pangan rusak, pangan
kedaluwarsa dan pangan TIE.
"Jumlah total temuan produk pangan TMK sebanyak 11.944 item (519.088
kemasan) dengan total nilai ekonomi mencapai Rp10.381.760.000," kata dia.
Jika dibandingkan dengan data intensifikasi pangan tahun 2018, kata Penny, terjadi
peningkatan jumlah sarana yang diperiksa, jumlah temuan produk TMK dan besaran
nilai ekonomi temuan. Namun terjadi penurunan temuan jumlah produk kedaluwarsa
dan TIE, sementara terjadi kenaikan jumlah produk rusak di peredaran.
Untuk pangan jajanan takjil, dia mengatakan hasil pengawasan pada tahun 2019
menunjukkan bahwa dari 16.314 sampel yang diperiksa, sebanyak 517 sampel (3,17
persen) tidak memenuhi syarat (TMS). Temuan bahan berbahaya yang paling
banyak disalahgunakan adalah rhodamin B (38,3 persen), diikuti boraks (33,4
persen), formalin (27,7 persen) dan methanyl yellow (0,6 persen).
"Jika dibandingkan dengan data intensifikasi pangan tahun 2018, terjadi penurunan
persentase produk TMS. Pada tahun 2018, pangan yang TMS terhadap bahan
berbahaya sebesar 5,34 persen," katanya.
Kepala BPOM mengatakaan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat
terhadap potensi bahaya produk pangan TMK selama Ramadhan dan menjelang