Page 9 - Intensifikasi Pengawasan Pangan Selama Ramadhan dan Jelang Hari Raya Idul Fitri Tahun 2020_f
P. 9
banyak ditemukan produk pangan olahan kemasan yang tidak memenuhi ketentuan
(TMK).
Dari 5.862 sarana ritel dan distribusi pangan yang diperiksa, terdapat 2.667 (45,50
persen) sarana distribusi TMK karena menjual produk pangan rusak, pangan
kedaluwarsa dan pangan TIE. "Jumlah total temuan produk pangan TMK sebanyak
11.944 item (519.088 kemasan) dengan total nilai ekonomi mencapai
Rp10.381.760.000," kata dia.
Jika dibandingkan dengan data intensifikasi pangan tahun 2018, kata Penny, terjadi
peningkatan jumlah sarana yang diperiksa, jumlah temuan produk TMK dan besaran
nilai ekonomi temuan. Namun terjadi penurunan temuan jumlah produk kedaluwarsa
dan TIE, sementara terjadi kenaikan jumlah produk rusak di peredaran.
Untuk pangan jajanan takjil, dia mengatakan, hasil pengawasan pada 2019
menunjukkan bahwa dari 16.314 sampel yang diperiksa, sebanyak 517 sampel (3,17
persen) tidak memenuhi syarat (TMS). Temuan bahan berbahaya yang paling
banyak disalahgunakan adalah rhodamin B (38,3 persen), diikuti boraks (33,4
persen), formalin (27,7 persen) dan methanyl yellow (0,6 persen).
"Jika dibandingkan dengan data intensifikasi pangan tahun 2018, terjadi penurunan
persentase produk TMS. Pada tahun 2018, pangan yang TMS terhadap bahan
berbahaya sebesar 5,34 persen," katanya.
Kepala BPOM mengatakan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap
potensi bahaya produk pangan TMK selama Ramadhan dan menjelang Hari Raya
Idul Fitri tahun 2020, BPOM juga akan melakukan berbagai kegiatan, antara lain
sosialisasi serta Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Keamanan Pangan.
Penny tak henti meminta pelaku usaha pangan untuk patuh terhadap peraturan
perundang-undangan. Masyarakat sebagai konsumen juga harus memiliki
kesadaran untuk memilih produk pangan yang aman, ingat selalu Cek KLIK
(singkatan dari cek kemasan, label, izin edar dan kedaluwarsa) ketika akan membeli
atau mengonsumsi produk pangan olahan dalam kemasan.