Page 109 - Badan POM Kawal Keamanan, khasiat dan mutu vaksin sinovac
P. 109
Presiden Joko Widodo menargetkan penyuntikan vaksin atau vaksinasi Covid-19 di
Indonesia akan dilakukan pada akhir 2020 atau awal 2021. Presiden menegaskan
hanya vaksin Covid-19 yang masuk dalam daftar Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) yang akan diberikan pemerintah kepada masyarakat.
Selain dengan Sinovac, Indonesia juga menjalin kerja sama pengadaan vaksin
dengan perusahaan teknologi G-24 asal Uni Emirat Arab (UAE) dan juga dengan
perusahaan AstraZeneca. Namun, dalam dua pekan terakhir, dua kandidat vaksin
dari dua perusahaan farmasi asal AS dilaporkan memiliki tingkat efektivitas
menangkal Covid-19 hingga melebihi 90 persen.
Dua korporasi farmasi asal AS itu adalah Moderna dan Pfizer. Indonesia
menyatakan bersikap terbuka mengenai peluang kerja sama pengadaan vaksin
terhadap Moderna dan Pfizer.
Langkah Paralel
Pemerintah mengambil langkah paralel dalam upaya menyediakan vaksin Covid-19
bagi masyarakat. Selain berupaya dari vaksin luar negeri, pemerintah juga
mengembangkan vaksin dalam negeri yang diberi nama Vaksin Merah Putih.
Proses produksi Vaksin Merah Putih namun masih panjang. Satgas Penanganan
Covid-19 memperkirakan, produksi dan distribusi Vaksin Merah Putih baru bisa
dilakukan pada awal 2022 atau lebih dari setahun lagi.
Wiku menjelaskan, vaksin yang dikerjakan oleh enam pihak yang terdiri dari
perguruan tinggi dan lembaga ini masih dalam penelitian preklinis. Paling cepat,
ujarnya, bibit Vaksin Merah Putih baru bisa diserahkan kepada Bio Farma pada
2021 mendatang. Setelahnya, uji klinis baru bisa dilakukan.
"Jika seluruh tahapan uji klinis ini berjalan baik maka izin edar Vaksin Merah Putih
diproyeksikan diperoleh pada akhir 2021 dan didistribusikan pada awal 2022," kata
Wiku.
Produksi Vaksin Merah Putih memang berbeda dengan vaksin impor seperti
Sinovac dari China. Vaksin Merah Putih yang produksinya dipimpin oleh Lembaga
Biologi Molekuler Eijkman ini lebih rumit karena hanya menyasar protein tertentu
dari virus corona.
Sebagai konsekuensinya, proses penelitian pun harus berlangsung lebih lama
ketimbang uji klinis tahap tiga dari calon vaksin yang diproduksi Sinovac-Bio Farma.
Bila vaksin Sinovac ditargetkan produksi pertengahan 2021, maka vaksin Eijkman
diperkirakan bisa produksi massal pada akhir 2021 atau awal 2022.
Dalam wawancara dengan Republika sebelumnya, Kepala Lembaga Biologi
Molekuler Eijkman, Prof Amin Soebandrio, menjelaskan apa perbedaan vaksin yang
dikembangkannya dengan vaksin impor. "Bedanya adalah di platform. Vaksin
Sinovac menggunakan virus utuh, mereka mengkultur virusnya, kemudian setelah