Page 21 - Karya dan Kinerja Melewati Multi Krisis: Pandemi COVID-19
P. 21

berikutnya (akhir Januari 2020), alat tes deteksi COVID-19 berhasil
               dibuat dan WHO membagikannya ke seluruh dunia.
                   Strategi “re-purposing” penggunaan  beberapa  obat  untuk
               pengobatan COVID-19 oleh US-FDA (hydroxychloroquine, lopi-
               na vir/ritonavir, azithromycin, dexamethasone, dan interferon
               beta-1a) antara Maret hingga April 2020, awalnya merupakan
               stra tegi yang diambil mengingat urgensi solusi terapi COVID-19.
               Namun, pencabutan EUA hydroxychloroquine oleh US-FDA pada
               Juni 2020 dan hasil solidarity trial yang dikoordinir oleh WHO
               serta hasil recovery trial, menunjukkan obat-obat ini tidak efektif
               mengobati COVID-19.
                   Pada Juli 2020, Tiongkok pun meluncurkan program peng gu-
               naan darurat vaksin untuk pekerja penting dan orang berisiko tinggi
               terinfeksi virus corona. Kantor berita internasional Agence France-
               Presse (AFP) di Prancis pada 4 Januari 2021 me la porkan, hingga
               15 Desember 2020 negeri tembok raksasa itu telah memberikan
               lebih dari 4,5 juta dosis vaksin.
                   Indonesia sendiri, mulai melakukan vaksinasi pada 13 Januari
               2021. Ini merupakan pertama kali terjadi, suntikan vaksin tercepat
               yang pernah dikembangkan.
                   Titik terang penanganan COVID-19 tentu tidak terlepas dari
               pengawalan keamanan, khasiat, dan mutu  oleh otoritas regulatori
               obat di sejumlah negara. Otoritas regulatori obat ini termasuk BPOM
               RI yang dari awal pandemi COVID-19 berperan strategis mengawal
               pengembangan obat dan vaksin COVID-19. Untuk mem percepat
               penanganan dan pengendalian COVID-19, berbekal integritas dan
               profesionalitas yang tinggi, BPOM RI menerbitkan izin penggunaan
               darurat (emergency use authorization/EUA).
                   Meski di tengah pandemi COVID-19 dan dalam kondisi ke da-
               ruratan kesehatan masyarakat (KKM), aspek kehati-hatian tetap
               menjadi prioritas. Fleksibilitas regulasi dan persyaratan yang di-
               be rikan untuk percepatan penerbitan EUA obat dan vaksin, tetap
               wajib memenuhi standar internasional yang telah ditetapkan
               WHO. Tentunya dengan mengutamakan keamanan, khasiat, dan
               mutunya, sehingga nantinya obat dan vaksin yang dihasilkan benar-
               benar dapat memberikan manfaat sesuai tujuan penggunaannya.
                   Obat dan vaksin COVID-19 yang mendapatkan EUA telah dapat
               digunakan meskipun harus tetap dalam pemantauan yang ketat.



                                                                        xxi
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26