Page 55 - E - Klipping Pemberitaan BPOM Terkait Diseminasi Inwas Nataru
P. 55
Diketahui produk tanpa izin edar (TIE) impor ditemukan pada lima Unit Pelaksana Teknis (UPT)
terbesar BPOM, dengan rincian di Jakarta yang terbanyak, yakni bumbu siap pakai, di Tarakan
(Kalimantan Timur) makanan ringan ekstrudat (makanan ringan berongga dan renyah), di Batam
(Riau) pasta dan mi, di Pekanbaru (Riau) kembang gula atau permen, dan di Sanggau (Kalimantan
Barat) makanan ringan non-ekstrudat.
Kemudian, produk kedaluwarsa terbanyak ditemukan pada lima UPT BPOM, di antaranya di
Kabupaten Belu (NTT) berupa biskuit, di Ambon (Maluku) berupa makanan ringan ekstrudat, di
Kabupaten Sumba Timur (NTT) berupa pasta dan mie, di Sofifi (Maluku Utara) berupa bumbu siap
pakai, dan di Kabupaten Pulau Morotai (Maluku Utara) berupa wafer.
Sementara itu, produk rusak yang ditemukan di lima UPT BPOM yang terbanyak, yakni produk susu
UHT atau steril di Kabupaten Belu (NTT), produk krimer kental manis di Manokwari (Papua Barat),
produk tepung bumbu di Pangkal Pinang (Bangka Belitung), biskuit di Ambon, dan ikan dalam kaleng
di Kendari (Sulawesi Tenggara).
Oleh sebab itu, untuk mengantisipasi tersebarnya produk-produk TIE, kedaluwarsa, dan rusak semakin
meluas di masyarakat, BPOM senantiasa gencar melakukan pengawasan berimbang dan dukungan
pada pelaku usaha.
"BPOM melakukan pengawasan berimbang dengan memberikan dukungan bagi pelaku usaha untuk
memenuhi ketentuan perundang-undangan, baik melalui pendampingan atau pembinaan, maupun
fasilitasi kemudahan berusaha," papar Rizka.
Lebih lanjut, ia juga mengemukakan BPOM terus melakukan edukasi kepada masyarakat agar menjadi
konsumen cerdas.
"Masyarakat harus betul-betul kita edukasi supaya menjadi konsumen cerdas dengan literasi tinggi,
bacalah informasi yang paling tepat, kalau obat dan makanan ya harus dari BPOM," imbaunya.