Page 48 - Gadis_Rempah
P. 48

Sementara itu, mata Arumi masih sibuk membaca kalimat   yang baru dipotretnya di sekolah tadi siang itu,
 demi kalimat yang tertulis di poster.  dipandanginya dengan cukup lama.
 “Wah ... lumayan harus ngebut nih!” sahut Arumi.
                              Bola  mata  Arumi  bergerak  mencari
 Dengan tergesa-gesa, dirogohnya gawainya dari dalam
                          sesuatu di poster.
 tasnya. Lalu dengan cepat dipotretnya poster itu dengan
 kamera gawainya.             “Ini dia!” katanya riang begitu menemukan
                          link tautan media sosial lomba tersebut. Jari-
 “Hmm ... ix  gagal lagi nih  berkuda ke Bromonya”
                          jari Arum kembali menari lincah di layar gawai.
 ujar Dinda tersenyum sambil melirik Arumi yang tampak
                          Sekejap mata, layar gawai sudah berpindah
 serius memotret.
                          ke akun media sosial Kemenparekraf. Arumi
 “Hahaha, iyaaa ..., Din. Lain kali aja ya, Din …,” Arumi  kembali membacanya dengan teliti.
 tertawa sambil memperhatikan hasil foto poster itu di gawainya.
                              “Mending aku cetak saja deh,” ucapnya lirih.
 “Siap, Arumi ...!” ujar Dinda sambil menempelkan
 kelima jari tangan di atas pelipis matanya, lagaknya seperti   Dengan cekatan Arumi membuka laptop
 sikap hormat bendera di upacara. Kontan saja Arumi  dan menyalakan printer. Hanya sekian detik
 terkekeh dibuatnya. Tak lama, keduanya berpisah dengan  kemudian, dua helai kertas keluar dari printer.
 saling melambaikan tangan.  Arumi menempelkan dua lembar petunjuk
                          teknis lomba itu di dinding tepat di atas
                          meja belajarnya.

                              Arumi berkali-kali membaca petunjuk
 Sesampai di rumah, Arumi tidak sabar untuk segera
                          teknis (juknis) itu dengan perlahan. Ini adalah
 membuka gawainya. Dibacanya lagi berkali-kali semua
                          lomba dengan hadiah terbesar yang pernah
 tulisan di pengumuman lomba tersebut. Dua minggu
                          dia lihat. Lomba yang sangat pas dengan
 mendesain untuk lomba tingkat nasional jelas bukan waktu
                          minat dan bakatnya itu tidak mungkin akan
 yang panjang, pikirnya.
                          dilewatkannya.
 Segera setelah membuka pintu kamar dan menyalakan
 pendingin ruangan kamarnya, Arumi menghempaskan
 tubuhnya di kasur lalu merogoh gawai di tasnya. Dengan
 cepat dan lincah, jemarinya membuka galeri foto. Poster


 39  Bab 3 — Beasiswa atau lomba?                Gadis Rempah  40
   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53