Page 43 - Gadis_Rempah
P. 43
karya untuk portofolio karena semua prodi di fakultas hanya kamu harapannya sebagai penerus bisnis rempah
desain mensyaratkan portofolio itu, Din.” keluargamu yang turun-temurun itu.” Dinda menasihati
Arumi layaknya seorang Ibu kepada anak gadisnya.
“Wah, pastinya portofolio kamu sudah tebal, Arumi.
Kamu sudah sering menang lomba desain, ‘kan? Aku Arumi terdiam. Dalam hatinya membenarkan apa yang
yakin sekolah pasti akan memilih kamu dan kamu pasti dikatakan Dinda. Namun, Arumi merasa tidak punya sedikit pun
mendapatkan beasiswa di prodi impianmu itu,” tutur Dinda minat dan bakat berbisnis. Arumi sudah belajar rempah sejak
meyakinkan sahabatnya. kecil. Arumi bukan hanya tahu banyak manfaat rempah dari
ajaran ibunya. Arumi juga sering membuktikan sendiri betapa
“Aamiin. Namun, aku harus tetap jaga-jaga, Din
wedang rempah bukan hanya nikmat diminum, melainkan
karena kuota jalur ini tidak banyak. Misalkan aku tidak
juga kerap mengobati sakitnya. Hanya saja untuk menjadikan
diterima, aku tetap akan memperjuangkan untuk bisa lolos
rempah menjadi bagian pekerjaan dan masa depan, Arumi
jalur mandiri prestasi. Kalau yang ini masih harus bayar
belum bisa membayangkannya. Arumi tidak tahu bagaimana
pendaftaran. Makanya aku harus nabung dikit-dikit biar
caranya. Arumi hanya tahu dirinya memiliki bakat dan minat
tidak perlu minta ke Ibu. Aku ingin beri kejutan ke Ibu,”
besar dalam dunia desain dan menggambar. Dunia inilah yang
jelas Arumi.
diyakini Arumi bakal menjadi masa depannya.
“Jadi maksudmu, agar ibumu tahunya kamu sudah
“Sudah, yuk … kita pulang. Pak satpam sudah mondar-
diterima jadi mahasiswa begitu?” tebak Dinda.
mandir lihatin kita terus, tuh,” Dinda beranjak dari bangkunya
“Yup, betul sekali,” jawab Arumi. lalu disusul Arumi.
“Wah, mantap betul sahabatku ini. Benar kata ayahku, “Hehe … iya juga, gak terasa ya kita ngobrol sudah melebihi
kamu sebenarnya tidak hanya meniru bakat seni dari batas waktu kita di sini,” ujar Arumi sambil buru-buru memakai
ayahmu, tetapi ketekunan dan kegigihanmu berjuang jaket dan tasnya.
sebenarnya juga pembawaan ibumu, Arumi.”
Keduanya berjalan cepat meninggalkan kantin sekolah.
“Begitukah? Hanya saja ibuku …,” Arumi Saat melewati koridor terdepan sebelum menyeberang ke
menghela napas panjang. area parkir, mata Arumi menangkap sebuah poster di papan
Dinda tersenyum. pengumuman. Sekilas poster itu begitu menarik baginya
dan memaksanya berhenti sejenak.
“Arumi ..., Arumi ..., aku ngerti kok apa yang kamu
pikirkan. Jangan selalu berharap ibumu mengerti kamu. “Din, coba deh ke sini sebentar!” teriak Arumi.
Kamu juga harus memahami ibumu. Wajarlah jika Dinda yang hampir saja memasuki area parkir, seketika
ibumu berharap kamu meneruskan bisnisnya. Saat ini, menoleh dan kembali.
35 Bab 3 — Beasiswa atau lomba? Gadis Rempah 36