Page 245 - MZ004 Sejarah Dunia Yang Disembunyikan
P. 245

JONATHAN BLACK
              Ada sesuatu yang menarik bagi ketepatan dalam pembaruan
           Akhenaten. Seperti monoteisme sekarang, Akhenaten materialistis.
           Dengan menjelaskan monoteisme ia menjauhi dewa-dewa lainnya
           dan juga cenderung untuk menjauhkan bentuk-bentuk lain dari
           kecerdasan tanpa jasad. Maka, monoteisme cenderung menjadi
           materialistis dalam artian bahwa ia cenderung menyangkal  QFOH
           BMBNBO  EBSJ  SPI SPI—dan bahwa pengalaman, seperti yang telah
           kita katakan, adalah spiritualitas yang sebenarnya.
              Jadi, isik mataharilah yang dinyatakan sebagai ilahi dan sumber
           dari segala kebaikan. Akibatnya, kesenian pada pemerintahan
           Akhenatan telah menghapus hierarki formalitas tradisi kesenian
           Mesir, dengan segala tingkatan kumpulan dewa. Kesenian Akhe-
           naten tampak wajar sehingga mudah kita hargai. Beberapa dari
           himne indah untuk Aten telah selamat dan mereka tampak, bagus
           sekali, untuk mendahului Psalm David. “Berapa banyak yang kau
           telah buat. Kau menciptakan dunia sesuai kehendakmu—semua
           manusia, binatang ternak, dan binatang liar,” kecam Akhenaten.
           “Betapa banyak karyamu,” David menyanyi, “kau membuat semua
           ini dengan begitu bijaksana. Dunia penuh dengan makhlukmu.”
              Akan tetapi, di balik puisi itu, di balik segala kecerdasan dan
           modernisme, mengintai kegilaan monomaniak. Dengan melarang
           semua dewa lainnya, dan menyatakan dirinya sendiri sebagai satu-
           satunya saluran kebijakan dan pengaruh Aten di bumi, sejatinya ia
           sedang membuat seluruh kependetaan berlebihan dan menggantikan
           mereka dengan hanya diri sendiri.
              Akan tetapi, walau membuat dirinya sebagai pusat dari segala
           praktik agama, ia menarik diri lebih masuk ke dalam labirin
           halamannya di istananya bersama istrinya yang cantik, Nefertiti dan
           anak-anak yang dicintainya. Ia bermain dengan keluarga mudanya,
           menciptakan himne dan menolak mendengar kabar buruk apa
           pun sehubungan dengan kekacauan di antara rakyatnya atau
           pemberontakan koloni di Mesir yang mengancam kekuasaannya di
           daerah itu.
              Keruntuhan benar-benar dimulai dari dalam. Memasuki tahun
           kelima belas pemerintahannya, anak perempuan kesayangannya
           meninggal dunia, walau segala doa dilakukannya kepada Aten.


           234

                                                         pustaka-indo.blogspot.com
   240   241   242   243   244   245   246   247   248   249   250