Page 47 - Nona Bupu Pemandu Cilik
P. 47

“Hello,” sapanya  tiba-tiba,  mendekati  saya  yang  sedang  berdiri  di samping  kain


           tenun.

                  “Hello, my name is Nona Bupu,” ucap saya secara otomatis.


                  “Can you speak English?” tanyanya.


                  Karena tak mengerti, saya hanya mendorong dua telapak tangan ke arahnya. Saya


           berharap ia mengerti bahasa isyarat saya.

                  Wisatawan berbadan tinggi dan berambut pirang itu manggut-manggut. Kami saling


           melontar senyum. Kemudian ia mengarahkan telunjuk jarinya pada kamera. Saya menduga


           kalau ia sedang mengajak saya berfoto bersama.


                  CEKREK!

                  Setelah kami selesai berfoto, saya berkeliling kampung untuk melihat sudah berapa


           banyak  perantau  yang  pulang  ke  kampung  adat  ini.  Lima  belas  menit  kemudian  saya


           mendengar suara Tuti dan Sherlin mendegam-degam menyuarakan nama saya.


                  “Nona Bupu!!!”

                  Saya menoleh, mencari sumber suara. Tuti dan Sherlin muncul di antara kerumunan


           orang  yang  berbondong-bondong  memikul  kotak  kardus  berisikan  oleh-oleh  dari  tanah


           rantau.


                  “Ada tamu,” ucap Tuti, napasnya tersengal.

                  “Sei?” Saya berbalik bertanya sambil memutar kepala ke berbagai arah.


                  Sherlin  mengarahkan  telunjuk  jarinya  ke  arah  sa’o  Om  Titus.  Yang  terlintas  di


           pikiran saya adalah wisatawan asing yang baru saja berswafoto dengan saya. Barangkali ia


           menunggu saya di sa’o Om Titus.









                                                                                                            39
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52