Page 69 - Masa-il-Diniyyah-Buku-Keempat_Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 69
Hendaklah diketahui bahwa mewajibkan sesuatu
dan mengharamkannya adalah tugas seorang
mujtahid seperti Imam Malik, Imam Syafi'i, Imam
Abu Hanifah dan Imam Ahmad –semoga Allah
meridlai mereka- dan lainnya. Rasulullah shallallahu
’alayhi wasallam bersabda dalam sebuah hadits yang
mutawatir:
نابح نباو يذمترلا هاور "هنم هقفًأ يه نم لىإ هقف لماح برف"
ّ
Maknanya: “Seringkali terjadi orang menyampaikan
hadits kepada orang yang lebih memahaminya
darinya" (H.R. at-Tirmidzi dan Ibnu Hibban)
Hadits ini menjelaskan bahwa manusia terbagi ke
dalam dua tingkatan : Pertama: orang yang tidak
mampu beristinbath (menggali hukum dari teks-teks
al Qur'an dan hadits) dan berijtihad. Kedua: mereka
yang mampu berijtihad. Karenanya kita melihat
ummat Islam, ada di antara mereka yang mujtahid
(ahli ijtihad) seperti Imam asy-Syafi'i dan yang lain
mengikuti (taqlid) salah seorang imam mujtahid. Jadi
tidak setiap orang yang telah menulis sebuah kitab,
kecil maupun besar dapat mengambil tugas para
Imam mujtahid dari kalangan ulama' as-Salaf ash-
Shalih tersebut, sehingga berfatwa, menghalalkan ini
dan mengharamkan itu tanpa merujuk kepada
perkataan para Imam mujtahid dari kalangan salaf
dan khalaf yang telah dipercaya oleh umat karena
jasa-jasa baik mereka. Dengan demikian fatwa yang
menyatakan adanya zakat penghasilan sama sekali
tidak berdasar dan menyalahi fatwa para ulama,
65