Page 70 - Masa-il-Diniyyah-Buku-Keempat_Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 70
karenanya tidak boleh diikuti sebab fatwa ini bukan
fatwa seorang mujtahid. Kita hanya akan mengikuti
para ulama yang mu'tabar.
Bahkan jika penganjur fatwa ini berdalih mereka
hanya melakukan qiyas, kita katakan bahwa
melakukan qiyas sekalipun, hal itu adalah tugas
khusus seorang mujtahid, yaitu mengambil hukum
bagi sesuatu yang tidak ada nashnya dengan sesuatu
yang memiliki nash karena ada kesamaan dan
keserupaan antara keduanya. Para ulama ushul
seperti imam asy-Syafi'i berkata: “Qiyas adalah
pekerjaan seorang mujtahid”.
Pendapat seperti ini biasanya muncul dari orang
yang tidak mempelajari ilmu agama dengan baik dan
bukan dengan cara bertalaqqi kepada para ulama
yang terpercaya. Karenanya disarankan kepada
mereka untuk terlebih dahulu belajar ilmu agama
dengan baik kepada para ulama sehingga tidak
terjatuh pada perbuatan mewajibkan sesuatu,
mengharamkan atau menghalalkannya secara
gegabah. Hal ni dikarenakan, para ulama salaf
maupun khalaf sepakat bahwa ilmu agama tidak bisa
diperoleh hanya dengan membaca (muthala’ah)
kitab-kitab. Tetapi harus dengan belajar secara
langsung (talaqqi) kepada seorang guru atau ulama
yang terpercaya (tsiqah/kredibel) yang mata rantai
keilmuannya bersambung sampai kepada sahabat
dan Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam,
66