Page 296 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 296
Membersihkan Nama Ibn Arabi | 294
Adapun yang dimaksud dari firman Allah dalam QS. Al-
Baqarah: 282 di atas adalah perintah untuk selalu bertakwa dengan
melakukan segala hal yang diwajibkan dan manjauhi hal-hal yang
diharamkan dalam syari’at. Tentunya hal ini secara praktis hanya
dapat terlaksana apa bila seseorang benar-benar telah mengetahui
segala hal yang terkait dengan hukum-hukum syari’at itu sendiri.
Dan pengetahuan-pengetahuan syari’at hanya dapat diraih dengan
belajar. Barulah setelah mengetahui ilmu-ilmu syari’at dan konsisten
dalam mengamalkannya ia akan mendapat citra sejati dalam derajat
takwa. Pada puncaknya ia akan mendapat derajat kewalian, dan ia
akan diberi oleh Allah beberapa ilmu wahbi yang dihasilkan tanpa
lewat belajar (Gair Muktasab). Inilah yang disebut dengan al-‘Ilm al-
Ladunni. Ilmu yang disebut terakhir ini sama sekali tidak terkait
dengan ilmu pokok-pokok agama, seperti ilmu tatacara shalat,
puasa dan lainnya. Al-‘Ilm al-ladunni dicontohkan para ulama seperti
ilmu tentang takwil-takwil mimpi, sebagaimana yang
dianugerahkan oleh Allah kepada Imam Ibn Sirin yang beliau
tuangkan dalam karyanya Tafsîr al-Ahlâm. Dalam pada ini
Rasulullah bersabda:
ِ ِ ِ
ِ
) ميع ن وبأ هاور( مَ لع ي َ لَ ام مْ لع الله هَ ثرو ملع ابِ لمع نم
ُ
َّ
َ َ
َ ْ َ
َ
َْ ُ ُ ََ ْ َْ ْ َ َ ُ ُ َ َ
“Siapa yang beramal dengan apa yang ia telah ketahui [dari
ilmu-ilmu pokok agama] maka Allah akan menganugerahkan
kepadanya ilmu yang belum ia ketahui”. (HR. Abu Nu’aim
dalam Hilyah al-Auliyâ’).
Setelah membahas urgensi ilmu-ilmu pokok agama, Ibn
Arabi membahas tentang definisi khalwah. Khalwah menurut beliau