Page 91 - Flipbook Bu Ernawati Kearifan Lokal Mandar
P. 91

Ba’dulu        :  “Banyak tanya lagi, kita ikut saja, kamu kan tau
                              statusnya mereka, mereka ini kan buronan”.
            Ba’du samang:  :  “Coba  kalau  kamu  tau  mereka  ini  statusnya
                              buronan apa”.
            Ba’dulu        :  “Yang jelasnya mereka ini buronan peputiq cina”
            Cicci’         :  “Apa  kalian  tidak  kecapean,  dari  tadi  bicara
                              terus..”??
            Ba’du samang   :  “Sama  sekali  tidak,  apalagi  kalau  kita  sama
                              itu…………….”
            Puang to’dang   :  “Ternyata kalian disini mau lari kemana kalian,
                              Cicci….  pulang..  jangan  ikut  dengan  laki-laki
                              bajingan itu”.
            Cicci’         :  “Tidak  puang  lebih  baik  aku  jadi  peputiq  cina
                              selamanya,  daripada  aku  harus  berpisah  dari
                              kakanda kaco kende’”.
            Puang To’dang  :  “Mulai sekarang aku tidak punya anak lagi yang
                              namanya Cicci’. Dan kau pemuda keparat, anak
                              kampung hadapi aku”.
            Ba’du samang   :  “Jangan naik darah dulu, kan segala sesuatunya
                              bisa dia atur baik-baik”
            Kaco kende’  :  “Maafkan  kami  puang,  kami  telah  berbuat
                              salah”.
                           :  “Tidak ada istilah maaf. Dan kau juga anak muda
            Puang to’dang:    jangan  Ikut  campur  dengan  urusan  kami.  Dan
                              kau kurassiri’ hadapi aku”.
            Cicci’:        :  “Apakah  Puang  sadar,  melakukan  semua  ini,
                              kanda  jangan  ladeni  dia”  (mereka  hendak
                              meninggalkan tapi Puang To’dang mengejar dan
                              hendak memukul) “osoanggi ingga lekkoang”.
            Pertengkaran  pun  terjadi  di  antara  mereka  (kaco  pun  terbunuh)
            secara  histeris  cici  berteriak  dan  menghampiri  ikaco  yang
            tergelantang yang sudah sekarat.
            Cicci’         :  “Bertahanlah Kaco”



            84 | Drama Berbasis Kearifan Lokal Mandar
   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96