Page 2 - Ahmadi,dkk, 2019 ( Jurnal nasional 3).en.id
P. 2
Jurnal Pendidikan Fisika Yoga Ahmadi/Unnes 8 (1) (2019)
menurun alami dalam mempertahankan
tradisi dan budayanya. Oleh karena itu di
Kurikulum 2013 dikembangkan menjadi sekolah perlu ada pelajaran yang memuat
studi ilmu integratif sebagai pendidikan yang materi berbasis kearifan lokal untuk
berorientasi aplikatif, pengembangan mengetahui penemuan lokal suatu daerah
kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa (Kasa, 2011). Hal ini tentu dapat di atasi
ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan dengan penerapannya pembelajaran dan
bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar. bahan ajar yang berbasis etnosains.
Proses pembelajarannya mempersembahkan Etnosains merupakan strategi penciptaan
pada pemberian pengalaman langsung untuk lingkungan belajar dengan mengintegrasikan
mengembangkan kompetensi agar peduli, budaya sebagai bagian dari proses pembelajaran
menelaah, dan memahami alam sekitar secara IPA sehingga berguna bagi kehidupannya (Suastra
ilmiah (Kemendikbud, 2013). Isi kurikulum 2013 et al., 2011). Etnosains juga merupakan kegiatan
menyatakan bahwa kurikulum harus dapat yang mentransformasikan antara sains asli dengan
membangun rasa ingin tahu dan menggali sains ilmiah. Pengetahuan asli terdiri atas seluruh
kemampuan peserta didik secara tepat, serta pengetahuan yang
tanggap terhadap perkembangan ilmu informasi mengenai fakta masyarakat.
pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya Pengetahuan tersebut berasal dari kepercayaan
(Kemendikbud, 2013). yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Ruang lingkup dari pengetahuan sains asli
Alam (IPA) terpadu yang memadukan konsep meliputi bidang sains, pertanian, ekologi, obat-
fisik, kimia, dan biologi lebih mungkin dalam obatan, serta tentang manfaat dari flora dan
pengembangan pengalaman dan kompetensi fauna (Battiste, 2005). Sains asli ini dapat
peserta didik memahami alam sekitar diperoleh peserta didik dari orang tua, tetangga,
(Listyawati, 2012). Pembelajaran IPA terpadu nenek, kakek, atau tokoh-tokoh masyarakat lain.
disajikan dalam konteks IPA yang mencakup Sementara, sains ilmiah peserta didik dapat
lingkungan, teknologi, dan masyarakat. memperolehnya dari materi pelajaran yang
Pendidikan IPA (sains) juga dapat dikembangkan mereka pelajari di sekolah (Yasin, 2009).
dengan bertumpu pada keunikan dan Proses pembelajaran di sekolah akan
keunggulan suatu daerah, termasuk budaya dan berjalan efektif dan efisien jika proses ini
teknologi yang berdasar pada kearifan lokal ditunjang dengan adanya komponen-komponen
(tradisional) (Kartono et al., 2010). dalam proses tersebut (Ghavifekr, 2015). Salah
Kearifan lokal merupakan ciri khas suatu satu komponen dalam proses belajar mengajar
daerah atau wilayah tertentu yang memiliki nilai tersebut adalah bahan ajar. Bahan ajar
budaya, berkembang dalam lingkup lokal dari merupakan segala bahan (baik informasi, alat,
generasi ke generasi berikutnya (Toharudin, maupun teks) yang disusun secara sistematis,
2017). Kearifan lokal ataukearifan lokal dapat yang menampilkan utuh dari kompetensi yang
dipahami sebagai pengetahuan asli atau akan dikuasai peserta didik dan digunakan
kecerdasan lokal suatu masyarakat yang berasal dalam proses pembelajaran dengan tujuan
dari nilai-nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur perencanaan dan implementasi pembelajaran
tatanan kehidupan masyarakat dalam rangka (Prastowo, 2015). Bahan ajar yang digunakan
mencapai kemajuan baik dalam mewujudkan tersebut dapat menentukan
maupun meningkatkan kesejahteraan masyarakat pengendalian tujuan pembelajaran (Syahid, 2018).
(Sibarani, 2013). Hal ini Pembelajaran IPA dengan menggunakan
menunjukkan bahwa pentingnya kearifan lokal bahan ajar berbasis etnosains akan membuat
juga harus dipertimbangkan sebagai salah satu peserta didik lebih tertarik dan antusias
pendukung upaya lingkungan yang semakin terhadap pembelajaran (Damayanti, 2017).
54

