Page 40 - Modul Pembelajaran_Nurfadilah_A24119036
P. 40
mengubah mesin tersebut. Penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar kendaraan ini bukan
hal baru, karena perlu diketahui, sebelum bahan bakar diesel dari minyak bumi populer,
Rudolf Diesel, penemu mesin diesel, dalam eksperimennya menggunakan minyak tumbuhan
(biodiesel) sebagai bahan bakarnya. Penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar lebih
menguntungkan dibandingkan solar karena kandungan sulfurnya relatif rendah. Seperti telah
diketahui, tingginya kandungan sulfur merupakan salah satu kendala dalam penggunaan
mesin diesel. Biodiesel juga hanya menghasilkan sedikit polutan udara, seperti karbon
monoksida, hidrokarbon, dan partikel lainnya. Selain itu, asap buangan dari biodiesel tidak
terlalu hitam dan baunya lebih baik dibandingkan solar.
Saat ini biodiesel sudah banyak digunakan di beberapa negara, seperti Brazil dan
Amerika, sebagai pengganti solar. Indonesia pun sudah mulai melirik biodiesel sebagai
sumber energi alternatif.
Beberapa lembaga riset di Indonesia telah mampu menghasilkan dan menggunakan
biodiesel sebagai pengganti solar, misalnya BPPT serta Pusat Penelitian pendayagunaan
Sumber Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan ITB. Berdasarkan pola pengembangan
energi nasional, pemerintah Indonesia sudah merencanakan penggunaan bioethanol dan
biodiesel sekitar 2 persen dari jumlah bahan bakar nasional pada tahun 2010. Jumlah itu
meningkat menjadi 5 persen pada 2025. Sekarang masalahnya adalah bagaimana
mempopulerkan bahan bakar biofuel itu.
Beberapa negara lain, untuk mendukung pemakaian biodiesel dan bioethanol,
pemerintahnya mengeluarkan kebijakan pemberian insentif. Pemerintah Austria dan Australia
mengeluarkan kebijakan kemudahan untuk membangun pabrik biofuel, sehingga pengusaha
pun tertarik untuk membangun industri bahan bakar alternatif. Bahkan di Swedia, harga
bioethanol BE-85 (85 persen ethanol dan 15 persen bensin) dipatok lebih murah 25 persen
ketimbang bahan bakar konvensional. Indonesia sendiri bisa belajar dari Brazil yang secara
serius mengembangkan teknologi bahan bakar biofuel. Bahkan pabrik mobil pun sangat
antusias untuk mengembangkan teknologi pendukungnya. Contohnya, Toyota mulai
mengalihkan perhatiannya pada pasar mobil berbahan bakar bensin gasohol untuk Brazil.
Dalam pengembangan biofuel, Indonesia memang tertinggal dari negara-negara lain,
seperti Brazil, AS, atau Thailand. Padahal, sebagai negara dengan keanekaragaman hayati
kedua terbesar di dunia sejatinya peluang pengembangan biofuel terbuka lebar. Berbeda
dengan apa yang terjadi di Brazil. Dengan kapasitas produksi bioethanol mencapai 14,7
milliar liter pada 2005, kini negeri Samba itu merupakan produsen bioethanol terbesar di
dunia. Angka produksi sebesar itu diperoleh dari penanaman tebu di lahan seluas 5,5 juta
hektar dan akan meningkat sekitar dua kali lipat pada 2015. Sementara di AS, hampir 90
persen bioethanol yang dihasilkan dari jagung dan gandum itu telah digunakan sebagai bahan
bakar. Sejak tiga tahun lalu AS memproduksi mobil Flexi Fuel Vehicle menggunakan bahan
bakar gasohol atau ethanol saja. Tak kalah gencar, di Thailand kini ada 800 stasiun pengisian
BBM yang menyediakan pencampuran biodiesel dan bioethanol. Pemerintah Thailand
menargetkan sampai akhir 2006 mampu mencapai kapasitas produksi 1 miliar liter per tahun.
e. Air
Tenaga air (hydropower) adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir. Tenaga
air yang memanfaatkan gerakan air biasanya didapat dari sungai yang dibendung. Pada
bagian bawah bendungan tersebut terdapat lubang-lubang saluran air. Pada lubang-lubang
tersebut terdapat turbin yang berfungsi mengubah energi kinetik dari gerakan air menjadi
energi mekanik yang dapat menggerakan generator listrik. Energi listrik yang berasal dari
energi kinetik air disebut "hydroelectric" (listrik tenaga air). Listrik tenaga air ini
menyumbang sekitar 715.000 MW atau sekitar 19% kebutuhan listrik dunia, bahkan di
Kanada, 61% dari kebutuhan listrik negara berasal dari listrik tenaga air.