Page 216 - Modul IPS9 genap
P. 216

Agresi Militer II  ( 19 Desember 1948 )
                                       Perundingan Renville ternyata juga diingkari oleh Belanda dengan
                                       melancarkan  agresi  militernya  yang  kedua.  Belanda  dengan
                                       seluruh  kekuatannya  menyerang  Ibukota  RI  di  Yogyakarta.
                                       Dengan  siasat  perang  kilat,  Belanda  melancarkan  serangan  di
                                       semua  front  daerah  RI.  Dalam  waktu  singkat,  Belanda  berhasil
                                       menguasai  Yogyakarta.  Presiden  Soekarno  dan  Wakil  Presiden
                                       Drs.  Moh.  Hatta  memutuskan  untuk  tetap  tinggal  di  ibukota
                                       Yogyakarta, meskipun mereka tahu bahwa risiko  yang dihadapi
                                       adalah akan ditahan Belanda. Hal ini dilakukan dengan alasan agar
                                       mereka dapat mudah ditemui oleh TNI, sehingga diplomasi dapat
                                       berjalan  terus.  Sebagai  akibat  keputusan  itu,  maka  Presiden
                                       Soekarno  beserta  pemimpin  RI  lainnya  ditangkap  dan  ditahan
                                       Belanda, kecuali Sultan Hamengku Buwono IX. Sebelum pasukan
                                       Belanda menangkap pemimpin-pemimpin RI, Presiden Soekarno
                                       telah menginstruksikan kepada Menteri Kemakmuran Syafruddin
                                       Prawiranegara  untuk  membentuk  Pemerintah  Darurat  Republik
                                       Indonesia (PDRI) dan mengambil langkah-langkah darurat yang
                                       diperlukan bila Presiden tidak dapat melaksanakan tugas karena di
                                       tawan Belanda. PDRI berkedudukan di Bukittinggi, Sumatra Barat.
                                       Akan tetapi, aksi militer Belanda ini tidak melenyapkan perjuangan
                                       RI.

                                       Belanda masih harus menghadapi pasukan gerilya yang dipimpin
                                       oleh Jenderal Soedirman. Selama Agresi Militer II, Belanda selalu
                                       mempropagandakan  bahwa  setelah  ditangkapnya  pemimpin-
                                       pemimpin RI, maka pemerintah RI sudah tidak ada. Akan tetapi,
                                       propaganda  Belanda  tersebut  dapat  digagalkan  oleh  PDRI  dan
                                       menunjukkan  kepada  dunia  internasional  bahwa  pemerintah
                                       Indonesia  masih  ada  berlangsung.  Bahkan  pada  tanggal  23
                                       Desember 1948, PDRI mampu memberikan instruksi kepada wakil
                                       RI  di  PBB  yang  isinya  pihak  Indonesia  bersedia  menghentikan
                                       tembak-menembak  dan  berunding  dengan  Belanda.  Tindakan
                                       PDRI  ini  mengundang  simpati  dari  dunia  internasional,  salah
                                       satunya  Amerika  Serikat.  Sikap  simpati  terhadap  Indonesia
                                       mengakibatkan  Amerika  Serikat  dan  PBB  mendesak  Belanda
                                       untuk menarik pasukannya dari wilayah RI.














              Modul PJJ Mata Pelajaran IPS - Kelas IX Semester Genap                                            197
   211   212   213   214   215   216   217   218   219   220   221