Page 216 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 216

Akibat dua peristiwa itu ketegangan dalam tubuh PB PGRI kembali muncul karena ada upaya dari                           AD  dan  sebagian  lagi  tetap  bekerja  di Departemen  Dalam  Negeri.  Ketika  pemerintahan  berganti
                                           beberapa kekuatan politik untuk menarik atau menguasai organisasi guru itu. Bagi para pengurus PB                      dengan Pemerintahan Orde Baru ke-27 orang itu direhabilitasi nama baiknya dan dikembalikan lagi ke
                                           PGRI semakin terbuka siapa yang memihak PKI. Lahirnya PGRI Nonvaksentral di bawah kepengurusan                         Departemen P & K.
                                           Soebandri–Moejono–Ichwani  semakin  memperjelas  perpecahan.  PGRI  Nonvaksentral  sangat  aktif
                                           melakukan propaganda dan penyusupan, terutama terhadap aparatur pendidikan, khususnya di                               Pada awal Oktober 1965 terjadi aksi penculikan oleh kelompok bersenjata terhadap beberapa perwira
                                           lingkungan Departemen PP&K. Dengan meminjam kata Dr. Umasih, pada masa itu muncul apa yang                             Tinggi TNI AD di Jakarta dan dua orang perwira menengah di Yogyakarta. Peristiwa itu kemudian
                                           disebut “Guru Nasionalis” dan “Guru Manipolis” yang saling bertentangan. 12                                            dikenal dengan sebutan Peristiwa Gestapu atau G-30-s PKI. Pasca peristiwa itu terjadi pergeseran
                                                                                                                                                                  kekuasaan di pucuk pemerintahan Indonesia. Kekuatan yang anti PKI/Komunis mulai mengambil alih
                                           Pada rapat pertama Majelis Pendidikan Nasional, Dr. Busono Wiwoho menyarankan kepada Menteri                           kekuasaan, terutama sejak terbitnya Supersemar (11 Maret 1966). Dalam rangka memenuhi tuntutan
                                           Prijono agar Panca Wardhana diisi dengan moral Pancacinta. Seperti telah disinggung di atas,                           rakyat (Tritura), beberapa kali Presiden Soekarno melakukan reshuffle kabinet. Sampai dengan Kabinet
                                           Pancacinta merupakan gagasan PKI yang isinya 1) cinta nusa dan bangsa, 2) cinta Ilmu Pengetahuan,                      Dwikora II nama Dr. Prijono masih tetap pada posisinya sebagai Menteri P&K, namun aksi-aksi Tritura
                                           3) cinta kerja dan rakyat yang bekerja, 4) cinta perdamaian dan persahabatan antara bangsa-bangsa,                     (Tiga Tuntutan Rakyat) yang semakin sering turun ke jalan sejak 10 Januari 1966 menuntut Prijono
                                           dan 5) cinta orangtua.                                                                                                 selaku Menko P&K dan Menteri PD dan K Sumardjo turun dari jabatannya. Sumardjo dinilai sebagai
                                                                                                                                                                  orang atheis, sedangkan Prijono dinilai kebijakannya sering merugikan dan menimbulkan kemarahan
                                           Pidato Dr. Busono Wiwoho yang menjelaskan Panca Wardhana yang diisi moral Pancacinta menimbulkan                       kaum muslimin, antara lain mendukung agar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dibubarkan seperti
                                           pertentangan  dan  kegelisahan  di kalangan  para  pendidik. Demikian  pula  penjelasan  Menteri PP&K                  yang diusulkan oleh Dipa Nusantara Aidit Ketua CC PKI. 13
                                           Prijono tentang Panca Wardhana-Pancacinta yang disampaikan pada rapat dinas tanggal 23 Juli 1964 di
                                           lingkungan Kementrian PP&K semakin memperuncing polemik tentang sistem pendidikan. Pembantu                            Seperti diungkapkan Sulastomo, Ketua Umum PB HMI saat itu, yang dituangkan dalam tulisan Hari-
                                           Menteri Tartib Prawirodiharjo meninggalkan rapat. Tindakan itu dinilai oleh sebagian pihak sebagai                     hari yang Panjang: Transisi Orde Lama ke Orde Baru (2008), HMI menggelar aksi unjuk rasa, yang salah
                                           satu pengkhianatan terhadap Menteri Prijono. Sebagai balasan Menteri Prijono melakukan perombakan                      satu tuntutannya mendesak Soekarno mencopot Prijono dari jabatan menteri. Bung Karno menolak
                                           struktur organisasi kementeriannya, antara lain jumlah pembantu menteri atau eselon I yang semula                      pembubaran HMI, tetapi juga tidak mengganti Prijono. 14
                                           berjumlah tiga orang disederhanakan menjadi dua orang. Tindakan Prijono ini bertolak dari Keputusan                    Menjelang akhir kabinet ini pada 16 Maret 1966 ia diculik oleh para aktivis yang tergabung dalam
                                           Presiden No. 187/1964 tanggal 4 Agustus 1964, yang menurut beberapa pihak diambil atas usul Menteri                    Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) dan Lasykar Arief Rachman Hakim dan dibawa ke
                                           PP&K Dr. Prijono. Tindakan Prijono berdampak besar pada para pegawai Kementrian PP&K. Banyak                           markas Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Sementara Prijono yang dituduh terlibat dengan
                                           pegawai yang merasa tidak punya kepastian lagi dengan kariernya.
                                                                                                                                                                  kekuatan G-30-S PKI meninggal pada 6 Maret 1969 dengan meninggalkan seorang anak bernama
                                           Dalam situasi seperti itu 27 orang pegawai (pada awalnya 28 orang, namun 1 orang mengundurkan                          Lembu Amiluhur Prijono.
                                           diri) mengirim surat kepada Menteri Prijono dengan maksud menjernihkan suasana. Namun Prijono
                                           memberhentikan  ke-27  pegawai  itu  dengan  alasan  “atas  permintaan  sendiri”. Tindakan  Prijono
                                           mengundang  kegaduhan. Beberapa  ormas  dan perwakilan pendidikan dan kebudayaan memprotes
                                           keras kasus pemberhentian itu. Sebaliknya Serikat Pekerja Pendidikan dan PGRI Nonvaksentral
                                           menyokong dan mendukung tindakan Menteri Prijono sehingga kedudukan Prijono menjadi kuat.

                                           Pada  reshuffle Kabinet Kerja  menjadi Kabinet Dwikora  akhir Agustus  1964 Presiden Soekarno
                                           mengangkat kembali Dr. Prijono menjadi Menteri Kondinator (Menko) Pendidikan dan Kebudayaan
                                           serta Ny. Artati Marzuki sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan (PD dan K) baru. Setelah
                                           reshuffel kabinet “kelompok 27” mengirim surat kepada Menteri PD dan K dan memohon kesediaannya
                                           untuk membantu mereka. Surat itu tidak dibalas dengan alasan permasalahan ke-27 orang itu sudah
                                           berada di tangan presiden.

                                           Sebagai salah  satu  solusi mengenai ke-27  orang  pegawai P  &  K  itu  Markas  Besar  TNI  Angkatan
                                           Darat, yang nota bene berseberangan dengan PKI, menampung 24 orang di antaranya dan langsung
                                           menempatkan mereka di bawah kepengurusan Letnan Kolonel Amir Murtono S.H. Satu orang diangkat
                                           menjadi pegawai Kementrian Dalam Negeri dan dua sisanya masing-masing diangkat sebagai Pembantu
                                           Khusus Menteri dan sebagai Ketua PMI Pusat.

                                           Akhirnya  Presiden  Soekarno  membentuk  “Panitia  Penyempurnaan  Pendidikan  Sistem  Pendidikan
                                           Pancawardhana” dengan tugas menyampaikan pertimbangan tentang “pemecatan massal”. Hasil kerja
                                           panitia menyatakan bahwa ke-27 orang itu tidak bersalah. Untuk menyelamatkan muka Menko Menteri
                                           P&K Dr. Prijono sebanyak 13 orang dari 27 orang yang terkena pemecatan diperbolehkan kembali
                                           bekerja pada Departemen P & K, sedangkan sebagian ada yang tetap bekerja di Markas Besar TNI




                             204  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018                                                                                                             MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  205
   211   212   213   214   215   216   217   218   219   220   221