Page 213 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 213

Prijono, yang pada waktu itu menjabat sebagai Menteri Muda bidang Sosial Kulturil (Kabinet Kerja I   disebut oleh Prijono sebaga sistem Pendidikan nasional yang cocok untuk era Demokrasi Liberal—
 10 Juli 1959 s/d 18 Februari 1960), kemudian menerbitkan Instruksi No. 1 yang disebut Sapta Usaha   diabaikan. Presiden Soekarno lebih tertarik pada  sistem pendidikan nasional yang  bertumpu pada
 Tama, yang terdiri:  Pancasila dan Manipol/USDEK seperti yang diuraikan dalam konsep Prijono. Hal ini antara lain tersirat

 1.  menertibkan aparatur dan usaha-usaha Kementerian PPK,  dalam Penetapan Presiden (Penpres) yang terbit pada tahun 1965, yaitu Penpres No. 145 Tahun 1965
 2.  menggiatkan kesenian,  tentang Nama dan Rumusan Induk Sistem Pendidikan Nasional. Penpres tersebut menetapkan sistem
 3.  mengharuskan usaha halaman,  pendidikan nasional Indonesia sebagai Sistem Pendidikan Pancasila yang berdasarkan pada amanat
 4.  mengharuskan penabungan,  Presiden, bahwa dasar-dasar dan isi moral pendidikan nasional adalah Pancasila dan Manipol/USDEK.
 5.  mewajibkan usaha-usaha koperasi,  Dalam situasi pro dan kontra terhadap konsep Panca Wardhana-Pancacinta itu Presiden Soekarno
 6.  mengadakan kelas masyarakat, dan  kembali menerbitkan Penpres baru, yaitu Penpres No. 19 Tahun 1965 yang secara tegas menyebutkan
 7.  membentuk regu kerja di kalangan SLA dan universitas.  bahwa tujuan pendidikan nasional adalah melahirkan warga negara sosialis Indonesia yang susila, yang

 Tak lama setelah terbit surat keputusan pengangkatannya kembali menjadi Menteri PP&K (Kabinet Kerja   bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia, adil, dan makmur, baik spiritual
 II 18 Februari 1960 s/d 6 Maret 1962) Dr. Prijono menerbitkan Instruksi No. 1 kemudian disusul oleh   maupun material, dan berjiwa Pancasila. Artinya politik pendidikan nasional adalah Manipol/USDEK. 9
 Instruksi Nomor 2 tahun 1960 yang menegaskan Pancasila dan Manipol sebagai landasan pendidikan   Suatu  sistem,  termasuk  sistem  pendidikan  yang  bersifat  nasional,  tentu  mempunyai  keunggulan  dan
 nasional. Pada bulan Oktober tahun yang sama Panca Wardhana sebagai berikut:
               kelemahan. Salah satu kelemahannya kadangkala kurang mengakomodir kepentingan lokal atau daerah-
 1.  Perkembangan Cinta Bangsa dan Tanah Air, Moral, Nasional/ Internasional/ Keagamaan.  daerah dengan kebudayaan tertentu. Kadangkala untuk mengisi kebutuhan itu diperlukan semacam tuntutan
 2.  Perkembangan Intelegensia.  antara kurikulum yang baik, yang memberikan ruang bagi lokalitas tertentu untuk menyempurnakannya,
 3.  Perkembangan Emosional, Artistik atau Rasa Keharuan dan Keindahan Lahir Batin.  atau dengan kata lain memungkinkan dimasukkannya muatan-muatan lokal. Pada waktu konsep
 4.  Perkembangan Kerajinan Tangan.  pendidikan Menteri PP&K Prijono diterbitkan situasi dan kondisi objektif masyarakat berada dalam
 5.  Perkembangan Jasmani. Gagasan ini paling tidak telah disetujui oleh Soekarno sebagai   situasi dan kondisi yang disebut oleh Presiden Soekarno sebagai masyarakat yang baru saja menemukan
 Pemimpin Besar Revolusi seperti yang diakuinya sendiri dalam pidatonya (Tavip).  kembali revolusinya. Karena itu kurikulum yang disusun juga berupaya untuk menerjemahkan tujuan

 Ada dua alasan yang mendorong Prijono menerbitkan kedua instruksinya itu (Sapta Usaha Tama dan   pendidikan sesuai dengan jiwa zamannya, seperti isi jiwa yang memiliki semangat kepercayaan dan taqwa
 Panca Wardhana), yang sedikit banyak dipengaruhi oleh pemikiran politik sekaligus rasa kagumnya kepada   kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkeadaban sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia, mempunyai
 Presiden Soekarno. Pertama, sistem pendidikan Panca Wardhana pada hakikatnya adalah pendidikan   semangat perikemanusiaan dalam bentuk persahabatan dengan seluruh bangsa di dunia atas semangat
 dengan pemusatan pada pertumbuhan dan perkembangan pribadi serta bercorak nasionalistik yang   membangun dunia baru (the new emerging forces) yang terbebas dari imperialisme dan neo kolonialisme,
 memenuhi tuntutan revolusi Indonesia yang sedang berjalan. Kedua, menurut Prijono, kebijakan itu   serta semangat bermusyawarah dan bermufakat dalam kegotongroyongan. Pada dasarnya isi kurikulum
 merupakan penolakannya terhadap Undang-undang No. 4 Tahun 1950 dan No. 12 Tahun 1954 tentang   ini mewakili apa yang ada di setiap sila Pancasila yang menjadi ideologi bangsa Indonesia. Namun pasca
 Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran yang hanya cocok dilaksanakan pada masa demokrasi liberal. 7  Gestapu tahun 1965 kurikulum Panca Wardhana-Pancacinta dijadikan dasar yang menunjukkan bahwa
               Menteri PP&K Dr. Prijono telah mengkhianati Pancasila sebagai ideologi negara.
 Konsep Panca Wardhana merupakan dokumen politik Pendidikan Nasional Indonesia yang pernah ada dan
 tercatat dalam UNESCO, dan melalui Kepala Misi UNESCO untuk Indonesia konsep ini diterjemahkan   Sementara itu untuk mendukung terlaksananya sistem pendidikan dan pelaksanaan kurikulum Panca
 ke dalam bahasa Inggris menjadi The Five Principles of Education, yang isinya sebagai berikut:  Wardhana-Pancacinta  pada  tahap pertama  dirancang  suatu rencana  pelajaran untuk tiap jenjang
               pendidikan yang disebut “Rentjana Pelajaran dan Pendidikan TK-SD/SMP, SMA-Gaya Baru. Setiap mata
 1.  Perkembangan Cinta Bangsa dan Tanah Air, Moral, Nasional/ Internasional/ Keagamaan.  pelajaran pada prinsipnya bukan sekedar berisi serentetan bab-bab dari berbagai jenis pelajaran, tetapi
 2.  Perkembangan Intelegensia.  juga segi kependidikan yang tersimpul dalam tiap-tiap pelajaran yang harus diajarkan kepada peserta
 3.  Perkembangan Emosional, Artistik atau Rasa Keharuan dan Keindahan Lahir Batin  didik. Mata pelajaran Sejarah Nasional, misalnya, diharapkan setelah peserta didik selesai mempelajari
 4.  Perkembangan Kerajinan Tangan.   sejarah nasional mengenali jati dirinya sebagai bangsa Indonesia dan sesuai jenjang pendidikannya mampu
 5.  Perkembangan Jasmani.
               memperkenalkan jati diri bangsanya yang berjuang dan mampu mengusir kolonialisme. Kemudian mata
 Meskipun demikian, pada awalnya, banyak masyarakat pendidik menolak konsep pendidikan yang   pelajaran musik dan sastra digunakan untuk menopang perkembangan emosional dan artistik peserta
 diperkenalkan oleh Menteri PP&K Prijono, terutama karena sikap politiknya bersama-sama dengan   didik. Sementara untuk mendorong intelegensi agar berkembang maksimal digunakan mata pelajaran
 Sekretaris Jenderal PP&K yang mendukung pendirian Lembaga Pendidikan Nasional (LPN). Lembaga   klasik, seperti “menulis”, “membaca”, dan “ilmu berhitung” untuk mengasah “roh” intelektual.
 tersebut  dikenal  berafiliasi  pada  Partai  Komunis  Indonesia  (PKI).  Melalui  lembaga  tersebut  PKI
 merumuskan Pancacinta sebagai isi moral Sistem Pendidikan Panca Wardhana. Alasan lembaga tersebut   Pada tahun 1962 Kementrian Pendidikan Dasar dan Kebudayaan menyelenggarakan rapat-kerja
 merumuskan Pancacinta karena penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sampai waktu itu masih lebih   Direktur-direktur Taman Kanak-kanak, SMP-SMA Negeri dan swasta  seluruh Indonesia  di kota
                       10
 banyak menekankan pada aspek intelektual, padahal pengetahuan tentang ilmu beserta kecakapannya   Bandung.  Rapat kerja itu menghasilkan semacam buku rumusan induk tentang pembelajaran dari
 harus dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari. 8  tingkat prasekolah atau Taman Kanak-kanak sampai dengan Sekolah Menengah Atas. Hasil rapat kerja
               itu kemudian disempurnakan lagi pada tahun 1964 menjadi Rencana Pembelajaran Gaya Baru. Rencana
 Namun protes atau nada keberatan terhadap penerapan konsep pendidikan nasional Panca Wardhana   pembelajaran yang disebutkan terakhir menghapuskan pembagian kelas A dan B yang pada waktu itu
 yang kemudian berubah menjadi Panca Wardhana-Pancacinta sebagai pengganti sistem lama—yang   diterapkan untuk Sekolah Menengah Tingkat Pertama dan Sekolah Menengah Tingkat Atas. Dengan




 200  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  201
   208   209   210   211   212   213   214   215   216   217   218