Page 222 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 222
Iwa Kusuma Sumantri
MUNCULNYA KESADARAN KEBANGSAAN DAN KEMERDEKAAN
Iwa Kusuma Sumantri dilahirkan di Ciamis, ujung timur Tanah Parahyangan, Jawa Barat, pada tanggal
31 Mei 1899. Seperti kebanyakan tokoh pergerakan Indonesia, Iwa berasal dari pasangan keluarga
priyayi. Ayahnya bernama Raden Wiramantri, putra Bupati Ciamis Utara; sedangkan ibunya bernama
1
Nji Raden Redjaningsih, putri Bupati Imbaranegara. Ketika Iwa lahir ayahnya sedang menjadi calon guru
pada Sekolah Kelas Dua. Selain bermain bola, catur, dan gitar, Iwa kecil memiliki kebiasaan membaca
2
buku, terutama buku petualangan karangan Karl May dan dongeng karya Conan Doyle. Meskipun
3
berasal dari keluarga elite politik, Iwa tidak pernah berbeda sikap terhadap anak orang kaya dan orang
miskin. Sikap egalitarian ini mungkin yang kelak berpengaruh terhadap keputusannya meninggalkan
sekolah pamong praja Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA).
Iwa dipersiapkan oleh keluarganya menjadi orang terpandang melalui jalur pendidikan. Untuk menambah
kemampuan bahasa Belanda ia diberi pelajaran tambahan bahasa Belanda oleh Nyonya Stamler. Pada
4
tahun 1915, selepas menyelesaikan pendidikan di Hollandsch Inlandsche School (HIS), Iwa dimasukkan
ke sekolah calon pegawai negeri OSVIA di Bandung. Meskipun dengan berat hati Iwa menerima
anjuran ayahnya, tetapi kemudian ia memutuskan untuk meninggalkan OSVIA. Ia menganggap bahwa
sekolah ini “terlalu ke barat-baratan, persaingan di antara siswa tidak sehat, dan ia tidak setuju model
5
Masa Jabatan perploncoannya”. OSVIA memisahkan dirinya dengan dunia “rakyat jelata” yang dekat dengannya
6
3 Maret 1961 - 13 Maret 1962 sejak kanak-kanak di desa. Di samping itu Iwa mengaku tidak sudi menjadi alat Belanda sesudah kelak
menyelesaikan sekolah.
7
Setelah keluar dari OSVIA, Iwa masuk Recht School (Sekolah Menengah Hakim) di Batavia. Sejak
sekolah di Batavia inilah Iwa mengenal dunia pergerakan, meskipun semula belum terjun secara aktif.
Iwa mulai membaca majalah Bintang Hindia yang dipimpin oleh Ahmad Rivai, salah satu penggerak
pencerahan pikiran–atau yang dikenal sebagai nobility by birth ‘kebangsawanan pikiran’–di kalangan
masyarakat terdidik. Bintang Hindia membuka horizon berpikir Iwa, sebab koran ini menghimpun
8
informasi mengenai situasi global yang berlangsung pada masa itu. Di sisi lain Iwa mengikuti situasi
pergerakan nasional yang terjadi di tanah Jawa, mulai dari pendirian Boedi Oetomo, Sarekat Islam,
sampai Indische Partij. Iwa kemudian bergabung dalam organisasi Tri Koro Darmo yang kemudian
berubah menjadi Jong Java. Ia menjadi salah seorang pengurus saat Soekiman Wirjosandjojo–yang
kelak menjadi salah satu sahabatnya di Belanda–menjabat sebagai ketua pada tahun 1918. 9
Setelah menyelesaikan pendidikan di sekolah hukum pada tahun 1921 Iwa bekerja di kantor Pengadilan
Negeri Bandung, kemudian dipindahkan pada kantor Pengadilan Tinggi Surabaya dan Jakarta. Dengan
bekerja di kantor pemerintahan Belanda, Iwa berharap memperoleh kesempatan belajar ke negeri
Belanda. In het land van de overheerser ‘di negeri penjajah’, meminjam istilah Harry Poeze, merupakan
tempat terbaik untuk menimba ilmu hukum bagi para mahasiswa Indonesia. Sebagian besar orang
Indonesia yang belajar hukum kuliah di Fakultas Hukum Universiteit Leiden. Pada bulan September
1922 Iwa berangkat ke Belanda bersama salah seorang temannya, Sartono.
Iwa merupakan bagian dari gelombang baru kedatangan pelajar Indonesia ke Belanda setelah Perang
Dunia I yang tidak lagi didominasi oleh keluarga kerajaan Jawa. Orang tua yang berlatar belakang birokrat
dan kelas menengah atas mulai mengirimkan anak-anaknya belajar ke Belanda. Hal ini dimungkinkan
10
oleh kebijakan politik etis yang menawarkan akses terhadap anak-anak yang berasal dari keluarga
menengah atas untuk masuk ke pendidikan dasar dan menengah dengan bahasa pengantar bahasa
Belanda. Alasan lain, sebagaimana dikemukakan Poeze, adalah lulusan pendidikan STOVIA dan Recht
11
210 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 211