Page 224 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 224
Iwa Kusuma
Sumantri (tengah)
bersama pengurus
Indonesische
Vereeniging, dari kiri
ke kanan: Darmawan
Mangoenkoesoemo,
Moh. Hatta, Pada tahun 1925 Iwa berhasil menyelesaikan studi dan mendapat gelar Meester in de Rechten (Mr.).
Iwa Kusuma
Sumantri (ketua) Pada tahun ini, di bawah kepemimpinan Soekiman Wirjosandjojo, Indonesische Vereeniging berganti
Sastromoeljono, nama—dengan menggunakan terjemahan bahasa Melayu—menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). PI
Sartono
(Sumber: Repro melandaskan perjuangan pada empat prinsip: swadaya, nonkooperasi, solidaritas, dan kesatuan
Di Negeri Penjajah: nasional. Tidak hanya berfokus untuk membangun kontak dengan pergerakan di tanah air, pada
17
Orang Indonesia
di Negeri Belanda tahun 1925 PI memiliki strategi baru untuk memperluas jaringan politik dengan organisasi dan aktivis
1600-1950. Jakarta: antikolonial internasional di Eropa. Perwakilan-perwakilan PI dikirimkan ke beberapa kota penting
Gramedia, 2008)
di Eropa yang merupakan basis utama pergerakan antiimperialisme. Iwa mendapat tugas berangkat
ke Moskow, Soviet, guna mempelajari eenheidsfront ‘front persatuan’. Di Moskow ia tinggal di asrama
pekerja, buruh, dan pelajar yang berasal dari daerah Timur; hal yang berbeda dengan Semaun yang
tinggal di hotel mewah. Untuk menambah uang keperluan hidup, ia mengajar di universitas dan
18
menulis buku. Secara keseluruhan Iwa tinggal selama satu setengah tahun di Soviet.
19
Pada tahun 1927 PI—yang semakin aktif melebarkan jaringannya di dunia internasional—diundang
menghadiri Kongres Menentang Kolonialisme dan Imperialisme di Brussels, Belgia. Salah satu hasil
konferensi ini adalah kesepakatan membentuk Liga Anti Imperialisme dengan Moh. Hatta duduk sebagai
School lebih mudah melanjutkan pendidikan ke Belanda karena tidak harus menempuh ujian masuk. Di
samping itu tersedia berbagai beasiswa pendidikan dengan syarat sesudah menyelesaikan pendidikan salah satu anggota tertinggi. Keterlibatan PI dalam Liga Anti Imperialisme mengundang kekhawatiran
Pemerintah Belanda yang menganggap bahwa organisasi tersebut bernuansa radikal karena ada
kedokteran atau pendidikan hukum mereka harus bekerja pada pemerintah Belanda beberapa tahun
12
lamanya. Di antara gelombang baru kedatangan pelajar Indonesia ke Belanda ini terdapat nama-nama beberapa anggotanya yang merupakan tokoh komunis internasional. Akhirnya pemerintah Belanda
yang kelak menjadi tokoh pergerakan, seperti Ali Sastroamidjojo, Soetan Sjahrir, Achmad Soebardjo menangkap para anggota PI yang berada di Den Haag dan Leiden, di antaranya Ali Sastroamidjojo,
yang keluarganya berlatar belakang pejabat rendah, Darmawan Mangoenkoesomo yang berasal dari Pamontjak, Hatta, dan Abdoelmadjid Djojoadhiningrat. Iwa Kusuma Sumantri berhasil meloloskan
keluarga kepala sekolah, Arnold Mononutu yang merupakan anak seorang dokter, dan Moh. Hatta diri dari tangkapan polisi Belanda. Ia bersama Soebardjo pergi ke Belgia dengan membuat paspor baru
di Ostende. Dari Belgia ia terbang ke London. Iwa hanya tinggal selama kurang dari seminggu di
20
yang keluarganya berlatar belakang ulama dan pedagang kaya.
London karena kondisi kesehatannya memburuk—sebetulnya kondisi ini sudah diderita sejak tinggal di
Selama menjadi pelajar di Universiteit Leiden, Iwa Kusuma Sumantri tidak hanya menghabiskan Moskow. Dari London Iwa pergi ke Paris melalui Southampton dan Boulogne.
21
hari-harinya dengan belajar. Ia terjun ke dunia pergerakan dengan bergabung ke dalam organisasi Hidup berpindah-pindah dengan kondisi kesehatan yang tidak baik membuat Iwa berpikir pulang ke
perkumpulan pelajar Indonesia, Indonesische Vereeniging. Pada waktu ia datang di Belanda sedang Indonesia. Namun, penangkapan aktivis komunis secara besar-besaran di Indonesia membuatnya
terjadi perubahan di dalam organisasi nasionalis ini. Organisasi yang pada awalnya bernama Indische menimbang-nimbang keinginan tersebut. Pada akhirnya Iwa memutuskan kembali ke tanah air melalui
Vereeniging dan hanya merupakan klub perkumpulan pelajar dengan “orientasi senang-senang” ini perjalanan selama empat minggu dari Marseille, singgah di Singapura, kemudian tiba di Indonesia.
kemudian berubah haluan menjadi radikal dan politis. Perubahan ini sebagian besar disebabkan oleh
kedatangan generasi baru pasca-Perang Dunia I yang memiliki kesadaran politik jauh lebih tinggi
13
dari generasi mahasiswa sebelumnya. Mereka pada umumnya memiliki pengalaman karena sudah PENGACARA, POLITIK, DAN PENGASINGAN
14
terlibat dalam organisasi sosial-politik pemuda ketika masih berada di tanah air. Perubahan nama dari
“Indische” ke “Indonesische” menyiratkan sikap yang lebih kuat sebagai orang Indonesia: bukan bagian Sekembalinya ke tanah air Iwa Kusuma Sumantri diajak bergabung di kantor pengacara Iskaq
ataupun orang Hindia Belanda. Tjokrohadisurjo yang merupakan kawan lama di PI. Atmosfer pergerakan sangat bergelora di Bandung
sebab kota ini merupakan markas Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dipimpin oleh Soekarno. Iwa
Selang setahun bergabung dalam Indonesische Vereeniging Iwa dipilih sebagai ketua, menggantikan Kusuma Sumantri bersama dengan para alumni PI, di antaranya Mr. Sartono, Mr. Soenario, dan Mr.
Hermen Kartawisastra. Naiknya Iwa menjadi pemimpin Indonesische Vereeniging membuat Iskaq, memutuskan bergabung dengan PNI, yang menurut mereka memiliki kesamaan visi dengan PI.
organisasi ini semakin berwatak antikolonial. Di bawah kepemimpinan Iwa, Indonesische Vereeniging Iwa tidak lama bekerja di Bandung dan memutuskan pindah ke kantor pengacara Mr. Sartono di
mengemukakan tiga asas pokok yang menjadi pegangan tetap bagi Indonesische untuk tahun-tahun Jakarta. Di sini pun ia tidak lama karena diminta oleh pamannya di Medan, Dr. Abdul Manaf, membuka
mendatang: kemerdekaan bagi Indonesia, self-help, dan perjuangan ke arah kesatuan. Asas self-help kantor pengacara di sana. Di kota itu belum banyak pengacara sehingga mungkin terdapat banyak
15
kemudian berkembang menjadi prinsip “nonkooperasi” dalam arti Indonesische Vereeniging tidak akan
bekerjasama dengan pemerintah Belanda dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Tujuan kesempatan bagi Iwa untuk membaktikan ilmunya. Ketika itu Medan merupakan salah satu wilayah
poenale sanctie sehingga kehadiran seorang pengacara Indonesia dapat membantu buruh-buruh yang
organisasi ini, yaitu kemerdekaan Indonesia, kemudian disalurkan melalui organ majalah mereka yang mengalami masalah akibat peraturan tersebut. Pertemuannya dengan kalangan buruh dan petani yang
juga turut berganti nama dari Hindia Poetra menjadi Indonesia Merdeka. Pendahuluan edisi perdana terepresi di wilayah Deli dan sekitar Sumatera Timur mendekatkannya dengan politik kelas bawah. 22
Indonesia Merdeka menyebutkan bahwa perubahan nama Hindia Poetra menjadi Indonesia Merdeka
mengungkapkan tujuan dan usaha organisasi ini, yaitu merdeka! Di samping itu kata Indonesia Merdeka Di Medan, Iwa Kusuma Sumantri memimpin surat kabar Matahari Indonesia. Secara teratur ia
diharapkan dapat menjadi semboyan yang menarik pemuda Indonesia untuk berjuang mencapai menyalurkan pandangan politiknya yang mengkritik pemerintah kolonial melalui tulisan-tulisannya di
kemerdekaan. 16 media tersebut. Ia menjadi penasihat organisasi Pergerakan Persatuan Sopir dan Pekerja Bengkel
23
212 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 213