Page 226 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 226

Kabinet pertama
                                                                                                                                                                                                                                                                Indonesia yang
                                                                                                                                                                                                                                                                dipimpin oleh
                                                                                                                                                                                                                                                                Presiden Soekarno
                                                                                                                                                                                                                                                                dan Wakil Presiden
                                                                                                                                                                                                                                                                Moh. Hatta. Tampak
                                                                                                                                                                                                                                                                pada bagian belakang
                                           yang dikenal dengan nama Persatuan Motoris Indonesia (PMI). Selain itu ia juga terpilih sebagai ketua                                                                                                                paling kanan Iwa
                                                                                                                                                                                                                                                                Kusuma Sumantri
                                           Opium Regis Bond Luar Jawa dan Madura (ORBLDM) dan penasihat organisasi kepanduan Indonesisch                                                                                                                        di antara para
                                           Nationale Padvinders  Organisatie (INPO). Di samping  aktif dalam politik pergerakan, Iwa  juga                                                                                                                      tokoh lain Ahmad
                                                                                                                                                                                                                                                                Soebardjo, Ali
                                           membantu orang-orang Kristen di Batak agar dapat diangkat sebagai pendeta yang sebelumnya hanya                                                                                                                      Sastroamidjojo,
                                                                                                                                                                                                                                                                Soepomo, Maramis,
                                           didominasi oleh kalangan Eropa saja. 24                                                                                                                                                                              Sartono, Kasman
                                                                                                                                                                                                                                                                Singodimedjo, dan
                                           Tulisan-tulisan  politiknya  yang  tajam  mengkritik  pemerintah  kolonial, seperti “Janji Bohong”  dan                                                                                                              Amir Sjarifuddin
                                           “Omong Kosong”, di Matahari Indonesia membuat ia ditangkap tahun 1929 oleh pemerintah Belanda                                                                                                                        (Sumber: Repro Tan
                                                                                                                                                                                                                                                                Malaka, Gerakan Kiri,
                                           yang semakin merasa  insecure  pasca kegagalan pemberontakan komunis 1926-1927.  Iwa dituduh                                                                                                                         dan Revolusi Indonesia
                                                                                                                        25
                                                                                                                                                                                                                                                                Jilid 1: Agustus
                                           melakukan kegiatan aanslag tot omverwerping van het wettig gezag ‘berupaya menggulingkan kekuasaan                                                                                                                   1945-Maret 1946.
                                           yang sah’.  Iwa dipenjara di Medan selama setahun, dipindah ke Jakarta untuk kemudian dibuang ke                                                                                                                     Jakarta: Yayasan
                                                   26
                                                                                                                                                                                                                                                                Obor Indonesia &
                                           Banda Neira.                                                                                                                                                                                                         KITLV-Jakarta, 2008)
                                                       27
                                           Pengasingan yang dialami Iwa di Banda Neira merupakan buah kebijakan pemerintah kolonial yang
                                           menekan mekarnya pergerakan antikolonialisme dengan tindakan langsung menangkap tokoh-tokoh
                                           nasionalis antikolonial, seperti Soekarno, Hatta, dan Sjahrir.  Sementara itu, di Banda Neira, sebelumnya
                                                                                               28
                                           telah terlebih dahulu diasingkan tokoh pergerakan nasional awal Indonesia, Tjiptomangoenkoesoemo.                      Jepang yang mengetahui keberadaan jaringan organisasi bawah tanah ini melakukan penangkapan
                                                                                                                    29
                                           Setelah Iwa Kusuma Sumantri menyusul Hatta dan Sjahrir diasingkan ke Banda Neira.  Iwa menghabiskan                    terhadap tokoh-tokohnya. Benedict Anderson mengatakan bahwa meskipun gerakan pemuda pada
                                           sekitar 10 tahun sebagai tahanan politik di Banda Neira. Untuk menghemat kebutuhan hidup setelah                       masa Jepang militan namun tidak terkoordinir dengan baik. 32
                                           tunjangan dipotong akibat malaise, para tahanan biasanya bercocok tanam sayur mayur sendiri.                           Ketika tanda-tanda kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II semakin tampak, para pemuda bergegas

                                           Selama di pengasingan Iwa kembali mempelajari bahasa Arab dan agama Islam. Pada tahun 1941 ia                          mendorong para tokoh pergerakan untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Tanggal 14
                                           dipindahkan ke Makassar. Salah satu alasan pemindahan ini adalah keinginan Belanda  memperkuat                         Agustus 1945 berita penyerahan Jepang diumumkan oleh perwira Kaigun Jepang dalam pertemuan
                                           politik antifasis terhadap ancaman Jepang  yang  melakukan ekspansi ke wilayah Indonesia. Sebagai                      di sebuah rumah di Kebon Sirih. Iwa Kusuma Sumantri menjadi salah satu tokoh yang hadir dalam
                                           tahanan politik, gerak-gerik Iwa di Makassar tetap dibatasi. Ia dilarang bepergian ke luar kota. Meskipun              pertemuan itu. Iwa dan Ahmad Soebardjo berkata kepada para pemuda agar mereka segera menghubungi
                                           demikian permintaannya menjadi pengajar di Taman Siswa dikabulkan. Di Taman Siswa Iwa bertemu                          Soekarno. Para pemuda tersebut mendesak agar Soekarno dan Hatta, sebagai tokoh yang memiliki
                                           dengan Manai Sophiaan. Ia juga berhubungan dengan tokoh lain, seperti Nadjamuddin Daeng Malewa                         reputasi dalam pergerakan Indonesia, menyatakan kemerdekaan Indonesia dengan segera. Pada
                                           dan Sutan Jusuf Samah.                                                                                                 tanggal 16 Agustus 1945 beberapa pemuda bahkan membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok.
                                                                                                                                                                  Setelah melalui perdebatan akhirnya Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta untuk mempersiapkan
                                           Ketika Jepang memasuki Makassar pada bulan Februari 1942, Iwa dan para tokoh lainnya memilih                           naskah proklamasi kemerdekaan. Naskah proklamasi semula diberi judul “Maklumat Kemerdekaan”,
                                           mengungsi ke luar kota, Sungguminasa. Akibatnya suasana kota Makassar dalam keadaan sunyi. Jepang                      namun setelah menerima usulan, termasuk dari Iwa Kusuma Sumantri, judul tersebut diganti menjadi
                                           berusaha menghubungi para tokoh politik di Makassar agar bersedia menjalankan pemerintahan kota                        “proklamasi”.  Pada akhirnya Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus
                                                                                                                                                                              33
                                           seperti biasa. Para tokoh Makassar memilih Nadjamuddin Daeng Malewa sebagai Walikota Makassar                          1945 dengan upacara sederhana di Pegangsaan Timur.
                                           dengan dibantu Sutan Jusuf Samah dan Iwa Kusuma Sumantri. Jepang mengangkat Iwa Kusuma Sumantri
                                           sebagai Kepala Dai Ichi Bucho (Kantor Pengadilan) pertama di Makassar.  Meskipun mendapat posisi
                                                                                                            30
                                           strategis, Iwa merasa tidak aman atas masa depannya di Makassar. Salah satu penyebabnya adalah                         MENTERI SOSIAL PERTAMA
                                           berita tentang pembersihan tokoh-tokoh politik di Banjarmasin oleh Jepang. Dengan alasan untuk                         Dalam  susunan  kabinet  pertama  Indonesia  setelah  kemerdekaan, Iwa  Kusuma  Sumantri diberi
                                           berobat, ia minta izin ke Jawa. Jepang meluluskan permintaan tersebut, sehingga Iwa pergi ke Surabaya                  mandat menjadi Menteri Sosial dan Perburuhan. Iwa menghadapi masalah kembalinya romusha yang
                                           dengan berlayar selama lima hari. Ia menumpang teman lamanya di PI yang menjadi penasihat ekonomi                      dipekerjakan baik di dalam negeri maupun di luar negeri untuk dikembalikan ke tempat asalnya.  Selain
                                                                                                                                                                                                                                                      34
                                           Jepang di Surabaya, Ali Sastroamidjojo.                                                                                itu hal mendesak yang dihadapi Kementerian Sosial adalah masalah fakir miskin dan gelandangan yang
                                                                                                                                                                  menumpuk di Jakarta.  Mereka terlantar sejak masa pendudukan Jepang. Tantangan lain yang juga
                                                                                                                                                                                      35
                                           Iwa Kusuma Sumantri tidak tinggal lama di Surabaya. Ia memutuskan pergi ke Jakarta. Bersama kerabat                    dihadapi Menteri Iwa Kusuma Sumantri adalah menghidupkan kembali organisasi buruh yang sempat
                                           lain di PI, A.A. Maramis, ia mendirikan kantor pengacara di Jakarta. Para tokoh pergerakan, seperti                    kolaps pada masa Jepang. Iwa berhasil menggalang buruh-buruh dan dikumpulkan dalam Kongres Buruh
                                           Soekarno, Hatta, Ahmad Soebardjo, dan Sartono, menyambut kedatangan Iwa di Jakarta. Selama di                          yang diadakan di Surakarta pada tanggal 7-9 Oktober 1945. Kebijakan lain yang dilakukan Iwa selaku
                                           Jakarta, Iwa terjun ke dalam pergerakan bawah tanah melawan pemerintah Jepang. Menurut Kahin, ada
                                           empat kelompok pemuda bawah tanah melawan Jepang: (1) gerakan bawah tanah di bawah pimpinan                            Menteri Sosial dan Perburuhan dalam melengkapi kelembagaan republik baru ialah membentuk Palang
                                                                                                                                                                  Merah Indonesia (PMI), yang dibangun bersama dengan Menteri Kesehatan Boentaran Mertoatmodjo
                                           Sjahrir dengan mengembangkan gerakan di Jakarta, Garut, Cirebon, Semarang, dan Surabaya; (2)                           pada tanggal 19 September 1945.
                                           kelompok persatuan mahasiswa yang terdiri dari mahasiswa kedokteran di Jakarta; (3) kelompok yang
                                           dipimpin oleh Sukarni, yang di dalamnya ada Chaerul Saleh, Adam Malik, dan Wiguna; (4) kelompok                        Kiprah Iwa Kusuma Sumantri dalam kabinet presidensial tidak berlangsung lama. Pada bulan November
                                                                                                                                    31
                                           yang dipimpin oleh Amir Sjarifuddin, yang memiliki massa besar di kalangan golongan pemuda kiri.                       1945 kabinet ini digantikan oleh kabinet parlementer yang dipimpin Sjahrir. Hubungan Sjahrir dengan



                             214  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018                                                                                                             MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  215
   221   222   223   224   225   226   227   228   229   230   231