Page 230 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 230

salah satu alat revolusi, perguruan tinggi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan                    cerita orang dalam, salah satu tugas penting yang harus dikerjakan oleh Iwa Kusuma Sumantri adalah
                                           alat kekuatan revolusi.  Sehubungan dengan hal itu, untuk mendukung penyebaran gagasan                                 mengadakan pembersihan di kalangan para guru besar UGM yang dikatakan masih merupakan ‘benteng
                                                                 52
                                           Manipol-USDEK,  Pemerintah  mengeluarkan  Keputusan  Presiden  No.130  tanggal  14  April 1961                         reaksioner’ atau  Javaans bolwerk  yang belum sepenuh hati menerima Manipol-USDEK dan karena
                                           yang isinya mengatur pengelompokan baru Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan                              itu harus di-retool”.  Masih ada sebagian guru besar di UGM yang kurang bersemangat menerima
                                                                                                                                                                                    62
                                                                  53
                                           (Kementerian PP dan K).  Berdasar keputusan tersebut Kementerian PP dan K dipecah menjadi                              Manipol-USDEK dan tidak mengimplementasikannya ke dalam sistem pembelajaran secara mendalam
                                           dua: Kementerian Pendidikan Dasar dan Kebudayaan (PD dan K) dan Kementerian Perguruan                                  sehingga oleh karena itu sikap mereka kurang revolusioner progresif. 63
                                           Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (Kementerian PTIP). Dasar pembagian ini adalah masalah perguruan
                                           tinggi membutuhkan perhatian khusus yang diperlukan satu kementerian baru yang khusus untuk                            Dalam otobiografinya, Iwa Kusuma Sumantri mengatakan bahwa banyak sekali tugas yang dihadapi oleh
                                           mengurusnya. 54                                                                                                        kementeriannya, namun satu hal yang penting adalah melakukan peremajaan tenaga-tenaga pengajar dan
                                                                                                                                                                  rektor universitas supaya sesuai dengan negara-negara lain.  Menurut Iwa, para pengajar yang sudah
                                                                                                                                                                                                                       64
                                           Kemnterian PTIP dipimpin oleh Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (Menteri PTIP). Ada                        tua tidak dapat diandalkan lagi karena kalah cepat, kalah efisien, dan kalah maju dibanding tenaga yang
                                           dua tugas Kementerian PTIP, yaitu (1) mengatur, menyelenggarakan, membimbing, dan mengawasi                            lebih muda. Oleh sebab itu Iwa menyampaikan usul peremajaan dengan mengganti rektor-rektor yang
                                           semua usaha pendidikan tinggi dan yang bertalian dengan itu, baik negeri maupun swasta; serta (2)                      sudah lanjut usia dengan tenaga-tenaga yang lebih muda.  Dalam pandangan Iwa, para ahli yang sudah
                                                                                                                                                                                                                    65
                                           membimbing dan mengawasi perkembangan ilmu pengetahuan.  Seluruh kebijakan politis-teknis                              berusia lanjut, seperti Prof. Sardjito dan Sadaryun, sudah waktunya beristirahat. Para tenaga yang lebih
                                                                                                      55
                                           ditetapkan oleh Menteri PTIP bersama Menteri PP dan K, namun kebijakan yang berkaitan dengan hal                       muda yang akan menggantikan mereka. Segi nasionalisme dosen yang sudah berusia lanjut pun harus
                                           teknis ditetapkan pelaksanaanya oleh Menteri PTIP.  Presiden Soekarno menunjuk Prof. Iwa Kusuma                        dipupuk agar mereka tidak memiliki mental kolonial. Dalam catatan Safwan dinyatakan bahwa pada
                                                                                         56
                                           Sumantri Sebagai Menteri PTIP pertama atas saran beberapa pihak, termasuk Dr. Prijono. Wewenang                        masa Iwa menjabat Menteri PTIP masih banyak dosen dan rektor yang sudah berusia lanjut dan sebagian
                                           perguruan tinggi yang sebelumnya dipegang Dr. Prijono sebagai Menteri PD dan K dialihtugaskan di                       di antaranya  masih berjiwa  Belanda. Oleh karena  itu Iwa  melakukan peremajaan dan penggantian
                                           bawah Kementerian PTIP.                                                                                                untuk mengikis habis sisa-sisa Belanda yang dianggap tidak sesuai dengan alam kemerdekaan.  Prof.
                                                                                                                                                                                                                                                      66
                                                                                                                                                                  Toyib Hadiwijaya, yang menggantikan Iwa sebagai Menteri PTIP, dalam otobiografinya mengatakan
                                           Pada awalnya Iwa Kusuma Sumantri merangkap jabatan sebagai Menteri PTIP, Rektor Unpad, dan
                                           anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Namun karena intensitas tugasnya yang luar biasa                               bahwa pada masa Iwa Kusuma Sumantri dilakukan pemindahan guru besar dari UGM dan Unpad ke
                                                                                                                                                                                          67
                                           sibuk, tugas sebagai Rektor Unpad digantikan sementara oleh drg. Suriasumantri yang kemudian                           Universitas Indonesia (UI).  Mungkin inilah bagian dari strategi pemerintah untuk mengatasi masalah
                                           diganti oleh Sanusi Harjadinata, mantan Gubernur Jawa Barat, Menteri Dalam Negeri, dan Duta                            subversi mental di kalangan tenaga pendidik.
                                           Besar  RI  di  RPA. Salah  satu  tugas  utama  Kementerian  PTIP  di  bawah  Iwa  Kusuma  Sumantri                     Demi mendapatkan pemahaman tentang kualitas tenaga pengajar, baik dari dunia Barat maupun Timur,
                                                            57
                                           adalah agar konsepsi Manipol-USDEK dapat diimplementasikan di lingkungan pendidikan tinggi.                            pada pertengahan tahun 1961 Iwa berangkat ke Eropa Barat dan Eropa Timur. Ia pergi ke London School
                                                                                                                                    58
                                           Pemerintah mengharap bahwa kementerian ini dapat melengkapi Kementerian PD dan K menuju ke                             of Economics di London untuk bertemu dengan sejarawan besar dunia yang terkenal, khususnya sejarah
                                           arah tercapaianya doktrin revolusi, yakni terciptanya masyarakat sosialisme Indonesia. Penjelasan                      peradaban, Arnold Toynbee.  Iwa bersama rombongan juga melakukan studi banding ke Rusia, Jerman
                                                                                                                                                                                           68
                                           umum Undang-undang (UU) No. 22 tahun 1961 tentang Perguruan Tinggi menyebutkan bahwa                                   Timur, Hungaria, Rumania, dan Bulgaria. Ia merintis program mencari tenaga pengajar dari sana untuk
                                           “Perguruan tinggi adalah alat revolusi. Tujuannya adalah membentuk manusia susila yang berjiwa                         menyumbangkan pendapat dan gagasan terhadap perkembangan perguruan tinggi di Indonesia;  bahkan,
                                                                                                                                                                                                                                                    69
                                           Pancasila dan bertanggung jawab akan terwujudnya masyarakat sosialis Indonesia yang adil dan                           dalam pengakuan Iwa, terdapat beberapa pengajar yang menawarkan diri sebagai pengajar di Indonesia.
                                           beradab”. 59
                                                                                                                                                                  Dalam periode Iwa Kusuma Sumantri sebagai Menteri PTIP yang singkat terdapat dua universitas baru
                                           Soekarno, dalam pidato di hadapan para mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) di Sitihinggil                          yang didirikan, yaitu Universitas Syah Kuala di Kutaraja terhitung mulai 1 Juli 1961 dengan SK. MPTIP
                                           Yogyakarta, tanggal 7 April 1961, menyatakan bahwa pembentukan kementerian baru, Kementerian                           No. 11/1961 dan Universitas Sulawesi Utara dan Tengah di Manado yang berubah menjadi Universitas
                                           PTIP, yang menterinya Iwa Kusuma Sumantri, bertujuan mendidik para pemuda Indonesia agar tidak                         Sam Ratulangi terhitung mulai 4 Juli 1961 dengan SK. MPTIP 22/1961.  Usaha lain yang dilakukan
                                                                                                                                                                                                                                   70
                                           terkena apa yang disebut sebagai “subversi mental”.  Menurut Soekarno, subversi yang mengancam                         Iwa mewujudnyatakan UU Perguruan Tinggi.  UU Perguruan Tinggi bertujuan membentuk manusia
                                                                                          60
                                                                                                                                                                                                           71
                                           Indonesia bermacam-macam, tidak hanya dalam bentuk subversi politik, subversi ekonomi, subversi                        susila yang berpengetahuan luas. UU ini juga berkait erat dengan maksud program peremajaan dan
                                           senjata, tetapi juga subversi mental. Dalam pidato tersebut Soekarno mengkhawatirkan bahwa subversi                    pembersihan dosen-dosen yang tidak bermental progresif di lingkungan universitas.
                                           mental paling rentan subur di kalangan mahasiswa. Oleh sebab itu, ketika melantik Iwa sebagai Menteri
                                           PTIP, Soekarno mengamanatkan untuk mengatasi subversi mental tersebut. Sesudah pelantikan Iwa,                         Kebijakan Iwa Kusuma Sumantri mengadakan peremajaan dan pembersihan tenaga pengajar di
                                           Soekarno menyapanya untuk berbicara. Soekarno berbisik, “Sekarang Pak Iwa saya pasrahi mendidik,                       perguruan tinggi yang bermental kolonial menimbulkan gejolak sosial-politik. Reaksi datang terutama
                                                                                                                                                                                                                              72
                                           menjaga pendidikan daripada pemuda-pemuda kita, terutama sekali mahasiswa dan mahasiswi.                               dari orang-orang yang merasa dirugikan oleh kebijakan tersebut.  Iwa menegaskan bahwa ia tidak
                                           Ketahuilah mahasiswa dan mahasiswi itu adalah sangat subur alamnya untuk subversi mental. Jangan                       menyetujui tenaga pengajar perguruan tinggi yang berbau ke-Belanda-Belanda-an atau mereka yang telah
                                           sampai ada subversi mental, Pak Iwa, di dalamnya kalangan mahasiswa-mahasiswi kita, sebab manakala                     berusia lanjut bukan karena alasan pribadi, namun demi kepentingan pendidikan dan para mahasiswa
                                           mahasiswa-mahasiswi kita kena subversi mental, sama dengan tanah air kita kena subversi mental,                        ke depan.  Meskipun demikian tetap ada beberapa pihak yang menentang kebijakan tersebut, bahkan
                                                                                                                                                                           73
                                           hancur lebur tanah air kita ini ….” 61                                                                                 mencoba menurunkan Iwa Kusuma Sumantri dari kursi Menteri PTIP.

                                           Menurut Rosihan Anwar, Iwa tidak hanya diserahi mahasiswa, tetapi juga diserahi tugas mengatasi                        Pada bulan Maret 1962 Iwa Kusuma Sumantri diundang Presiden Soekarno ke Istana Bogor. Dalam
                                           problem subversi mental di kalangan para guru besar. Anwar bercerita bahwa “konon menurut                              pembicaraan di istana inilah Soekarno menanyakan kebijakan Iwa mengenai peremajaan dan pembersihan




                             218  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018                                                                                                             MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  219
   225   226   227   228   229   230   231   232   233   234   235