Page 231 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 231

salah satu alat revolusi, perguruan tinggi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan   cerita orang dalam, salah satu tugas penting yang harus dikerjakan oleh Iwa Kusuma Sumantri adalah
 alat kekuatan revolusi.  Sehubungan dengan hal itu, untuk mendukung penyebaran gagasan   mengadakan pembersihan di kalangan para guru besar UGM yang dikatakan masih merupakan ‘benteng
 52
 Manipol-USDEK,  Pemerintah  mengeluarkan  Keputusan  Presiden  No.130  tanggal  14  April 1961   reaksioner’ atau  Javaans bolwerk  yang belum sepenuh hati menerima Manipol-USDEK dan karena
 yang isinya mengatur pengelompokan baru Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan   itu harus di-retool”.  Masih ada sebagian guru besar di UGM yang kurang bersemangat menerima
                                 62
 53
 (Kementerian PP dan K).  Berdasar keputusan tersebut Kementerian PP dan K dipecah menjadi   Manipol-USDEK dan tidak mengimplementasikannya ke dalam sistem pembelajaran secara mendalam
 dua: Kementerian Pendidikan Dasar dan Kebudayaan (PD dan K) dan Kementerian Perguruan   sehingga oleh karena itu sikap mereka kurang revolusioner progresif. 63
 Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (Kementerian PTIP). Dasar pembagian ini adalah masalah perguruan
 tinggi membutuhkan perhatian khusus yang diperlukan satu kementerian baru yang khusus untuk   Dalam otobiografinya, Iwa Kusuma Sumantri mengatakan bahwa banyak sekali tugas yang dihadapi oleh
 mengurusnya. 54  kementeriannya, namun satu hal yang penting adalah melakukan peremajaan tenaga-tenaga pengajar dan
               rektor universitas supaya sesuai dengan negara-negara lain.  Menurut Iwa, para pengajar yang sudah
                                                                    64
 Kemnterian PTIP dipimpin oleh Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (Menteri PTIP). Ada   tua tidak dapat diandalkan lagi karena kalah cepat, kalah efisien, dan kalah maju dibanding tenaga yang
 dua tugas Kementerian PTIP, yaitu (1) mengatur, menyelenggarakan, membimbing, dan mengawasi   lebih muda. Oleh sebab itu Iwa menyampaikan usul peremajaan dengan mengganti rektor-rektor yang
 semua usaha pendidikan tinggi dan yang bertalian dengan itu, baik negeri maupun swasta; serta (2)   sudah lanjut usia dengan tenaga-tenaga yang lebih muda.  Dalam pandangan Iwa, para ahli yang sudah
                                                                 65
 membimbing dan mengawasi perkembangan ilmu pengetahuan.  Seluruh kebijakan politis-teknis   berusia lanjut, seperti Prof. Sardjito dan Sadaryun, sudah waktunya beristirahat. Para tenaga yang lebih
 55
 ditetapkan oleh Menteri PTIP bersama Menteri PP dan K, namun kebijakan yang berkaitan dengan hal   muda yang akan menggantikan mereka. Segi nasionalisme dosen yang sudah berusia lanjut pun harus
 teknis ditetapkan pelaksanaanya oleh Menteri PTIP.  Presiden Soekarno menunjuk Prof. Iwa Kusuma   dipupuk agar mereka tidak memiliki mental kolonial. Dalam catatan Safwan dinyatakan bahwa pada
 56
 Sumantri Sebagai Menteri PTIP pertama atas saran beberapa pihak, termasuk Dr. Prijono. Wewenang   masa Iwa menjabat Menteri PTIP masih banyak dosen dan rektor yang sudah berusia lanjut dan sebagian
 perguruan tinggi yang sebelumnya dipegang Dr. Prijono sebagai Menteri PD dan K dialihtugaskan di   di antaranya  masih berjiwa  Belanda. Oleh karena  itu Iwa  melakukan peremajaan dan penggantian
 bawah Kementerian PTIP.  untuk mengikis habis sisa-sisa Belanda yang dianggap tidak sesuai dengan alam kemerdekaan.  Prof.
                                                                                                    66
               Toyib Hadiwijaya, yang menggantikan Iwa sebagai Menteri PTIP, dalam otobiografinya mengatakan
 Pada awalnya Iwa Kusuma Sumantri merangkap jabatan sebagai Menteri PTIP, Rektor Unpad, dan
 anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Namun karena intensitas tugasnya yang luar biasa   bahwa pada masa Iwa Kusuma Sumantri dilakukan pemindahan guru besar dari UGM dan Unpad ke
                                       67
 sibuk, tugas sebagai Rektor Unpad digantikan sementara oleh drg. Suriasumantri yang kemudian   Universitas Indonesia (UI).  Mungkin inilah bagian dari strategi pemerintah untuk mengatasi masalah
 diganti oleh Sanusi Harjadinata, mantan Gubernur Jawa Barat, Menteri Dalam Negeri, dan Duta   subversi mental di kalangan tenaga pendidik.
 Besar  RI  di  RPA. Salah  satu  tugas  utama  Kementerian  PTIP  di  bawah  Iwa  Kusuma  Sumantri   Demi mendapatkan pemahaman tentang kualitas tenaga pengajar, baik dari dunia Barat maupun Timur,
 57
 adalah agar konsepsi Manipol-USDEK dapat diimplementasikan di lingkungan pendidikan tinggi.    pada pertengahan tahun 1961 Iwa berangkat ke Eropa Barat dan Eropa Timur. Ia pergi ke London School
 58
 Pemerintah mengharap bahwa kementerian ini dapat melengkapi Kementerian PD dan K menuju ke   of Economics di London untuk bertemu dengan sejarawan besar dunia yang terkenal, khususnya sejarah
 arah tercapaianya doktrin revolusi, yakni terciptanya masyarakat sosialisme Indonesia. Penjelasan   peradaban, Arnold Toynbee.  Iwa bersama rombongan juga melakukan studi banding ke Rusia, Jerman
                                        68
 umum Undang-undang (UU) No. 22 tahun 1961 tentang Perguruan Tinggi menyebutkan bahwa   Timur, Hungaria, Rumania, dan Bulgaria. Ia merintis program mencari tenaga pengajar dari sana untuk
 “Perguruan tinggi adalah alat revolusi. Tujuannya adalah membentuk manusia susila yang berjiwa   menyumbangkan pendapat dan gagasan terhadap perkembangan perguruan tinggi di Indonesia;  bahkan,
                                                                                                 69
 Pancasila dan bertanggung jawab akan terwujudnya masyarakat sosialis Indonesia yang adil dan   dalam pengakuan Iwa, terdapat beberapa pengajar yang menawarkan diri sebagai pengajar di Indonesia.
 beradab”. 59
               Dalam periode Iwa Kusuma Sumantri sebagai Menteri PTIP yang singkat terdapat dua universitas baru
 Soekarno, dalam pidato di hadapan para mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) di Sitihinggil   yang didirikan, yaitu Universitas Syah Kuala di Kutaraja terhitung mulai 1 Juli 1961 dengan SK. MPTIP
 Yogyakarta, tanggal 7 April 1961, menyatakan bahwa pembentukan kementerian baru, Kementerian   No. 11/1961 dan Universitas Sulawesi Utara dan Tengah di Manado yang berubah menjadi Universitas
 PTIP, yang menterinya Iwa Kusuma Sumantri, bertujuan mendidik para pemuda Indonesia agar tidak   Sam Ratulangi terhitung mulai 4 Juli 1961 dengan SK. MPTIP 22/1961.  Usaha lain yang dilakukan
                                                                                70
 terkena apa yang disebut sebagai “subversi mental”.  Menurut Soekarno, subversi yang mengancam   Iwa mewujudnyatakan UU Perguruan Tinggi.  UU Perguruan Tinggi bertujuan membentuk manusia
 60
                                                        71
 Indonesia bermacam-macam, tidak hanya dalam bentuk subversi politik, subversi ekonomi, subversi   susila yang berpengetahuan luas. UU ini juga berkait erat dengan maksud program peremajaan dan
 senjata, tetapi juga subversi mental. Dalam pidato tersebut Soekarno mengkhawatirkan bahwa subversi   pembersihan dosen-dosen yang tidak bermental progresif di lingkungan universitas.
 mental paling rentan subur di kalangan mahasiswa. Oleh sebab itu, ketika melantik Iwa sebagai Menteri
 PTIP, Soekarno mengamanatkan untuk mengatasi subversi mental tersebut. Sesudah pelantikan Iwa,   Kebijakan Iwa Kusuma Sumantri mengadakan peremajaan dan pembersihan tenaga pengajar di
 Soekarno menyapanya untuk berbicara. Soekarno berbisik, “Sekarang Pak Iwa saya pasrahi mendidik,   perguruan tinggi yang bermental kolonial menimbulkan gejolak sosial-politik. Reaksi datang terutama
                                                                           72
 menjaga pendidikan daripada pemuda-pemuda kita, terutama sekali mahasiswa dan mahasiswi.   dari orang-orang yang merasa dirugikan oleh kebijakan tersebut.  Iwa menegaskan bahwa ia tidak
 Ketahuilah mahasiswa dan mahasiswi itu adalah sangat subur alamnya untuk subversi mental. Jangan   menyetujui tenaga pengajar perguruan tinggi yang berbau ke-Belanda-Belanda-an atau mereka yang telah
 sampai ada subversi mental, Pak Iwa, di dalamnya kalangan mahasiswa-mahasiswi kita, sebab manakala   berusia lanjut bukan karena alasan pribadi, namun demi kepentingan pendidikan dan para mahasiswa
 mahasiswa-mahasiswi kita kena subversi mental, sama dengan tanah air kita kena subversi mental,   ke depan.  Meskipun demikian tetap ada beberapa pihak yang menentang kebijakan tersebut, bahkan
                        73
 hancur lebur tanah air kita ini ….” 61  mencoba menurunkan Iwa Kusuma Sumantri dari kursi Menteri PTIP.

 Menurut Rosihan Anwar, Iwa tidak hanya diserahi mahasiswa, tetapi juga diserahi tugas mengatasi   Pada bulan Maret 1962 Iwa Kusuma Sumantri diundang Presiden Soekarno ke Istana Bogor. Dalam
 problem subversi mental di kalangan para guru besar. Anwar bercerita bahwa “konon menurut   pembicaraan di istana inilah Soekarno menanyakan kebijakan Iwa mengenai peremajaan dan pembersihan




 218  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  219
   226   227   228   229   230   231   232   233   234   235   236