Page 227 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 227

Kabinet pertama
                                                                                                             Indonesia yang
                                                                                                             dipimpin oleh
                                                                                                             Presiden Soekarno
                                                                                                             dan Wakil Presiden
                                                                                                             Moh. Hatta. Tampak
                                                                                                             pada bagian belakang
 yang dikenal dengan nama Persatuan Motoris Indonesia (PMI). Selain itu ia juga terpilih sebagai ketua       paling kanan Iwa
                                                                                                             Kusuma Sumantri
 Opium Regis Bond Luar Jawa dan Madura (ORBLDM) dan penasihat organisasi kepanduan Indonesisch               di antara para
 Nationale Padvinders  Organisatie (INPO). Di samping  aktif dalam politik pergerakan, Iwa  juga             tokoh lain Ahmad
                                                                                                             Soebardjo, Ali
 membantu orang-orang Kristen di Batak agar dapat diangkat sebagai pendeta yang sebelumnya hanya             Sastroamidjojo,
                                                                                                             Soepomo, Maramis,
 didominasi oleh kalangan Eropa saja. 24                                                                     Sartono, Kasman
                                                                                                             Singodimedjo, dan
 Tulisan-tulisan  politiknya  yang  tajam  mengkritik  pemerintah  kolonial, seperti “Janji Bohong”  dan     Amir Sjarifuddin
 “Omong Kosong”, di Matahari Indonesia membuat ia ditangkap tahun 1929 oleh pemerintah Belanda               (Sumber: Repro Tan
                                                                                                             Malaka, Gerakan Kiri,
 yang semakin merasa  insecure  pasca kegagalan pemberontakan komunis 1926-1927.  Iwa dituduh                dan Revolusi Indonesia
 25
                                                                                                             Jilid 1: Agustus
 melakukan kegiatan aanslag tot omverwerping van het wettig gezag ‘berupaya menggulingkan kekuasaan          1945-Maret 1946.
 yang sah’.  Iwa dipenjara di Medan selama setahun, dipindah ke Jakarta untuk kemudian dibuang ke            Jakarta: Yayasan
 26
                                                                                                             Obor Indonesia &
 Banda Neira.                                                                                                KITLV-Jakarta, 2008)
 27
 Pengasingan yang dialami Iwa di Banda Neira merupakan buah kebijakan pemerintah kolonial yang
 menekan mekarnya pergerakan antikolonialisme dengan tindakan langsung menangkap tokoh-tokoh
 nasionalis antikolonial, seperti Soekarno, Hatta, dan Sjahrir.  Sementara itu, di Banda Neira, sebelumnya
 28
 telah terlebih dahulu diasingkan tokoh pergerakan nasional awal Indonesia, Tjiptomangoenkoesoemo.   Jepang yang mengetahui keberadaan jaringan organisasi bawah tanah ini melakukan penangkapan
 29
 Setelah Iwa Kusuma Sumantri menyusul Hatta dan Sjahrir diasingkan ke Banda Neira.  Iwa menghabiskan   terhadap tokoh-tokohnya. Benedict Anderson mengatakan bahwa meskipun gerakan pemuda pada
 sekitar 10 tahun sebagai tahanan politik di Banda Neira. Untuk menghemat kebutuhan hidup setelah   masa Jepang militan namun tidak terkoordinir dengan baik. 32
 tunjangan dipotong akibat malaise, para tahanan biasanya bercocok tanam sayur mayur sendiri.   Ketika tanda-tanda kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II semakin tampak, para pemuda bergegas

 Selama di pengasingan Iwa kembali mempelajari bahasa Arab dan agama Islam. Pada tahun 1941 ia   mendorong para tokoh pergerakan untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Tanggal 14
 dipindahkan ke Makassar. Salah satu alasan pemindahan ini adalah keinginan Belanda  memperkuat   Agustus 1945 berita penyerahan Jepang diumumkan oleh perwira Kaigun Jepang dalam pertemuan
 politik antifasis terhadap ancaman Jepang  yang  melakukan ekspansi ke wilayah Indonesia. Sebagai   di sebuah rumah di Kebon Sirih. Iwa Kusuma Sumantri menjadi salah satu tokoh yang hadir dalam
 tahanan politik, gerak-gerik Iwa di Makassar tetap dibatasi. Ia dilarang bepergian ke luar kota. Meskipun   pertemuan itu. Iwa dan Ahmad Soebardjo berkata kepada para pemuda agar mereka segera menghubungi
 demikian permintaannya menjadi pengajar di Taman Siswa dikabulkan. Di Taman Siswa Iwa bertemu   Soekarno. Para pemuda tersebut mendesak agar Soekarno dan Hatta, sebagai tokoh yang memiliki
 dengan Manai Sophiaan. Ia juga berhubungan dengan tokoh lain, seperti Nadjamuddin Daeng Malewa   reputasi dalam pergerakan Indonesia, menyatakan kemerdekaan Indonesia dengan segera. Pada
 dan Sutan Jusuf Samah.  tanggal 16 Agustus 1945 beberapa pemuda bahkan membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok.
               Setelah melalui perdebatan akhirnya Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta untuk mempersiapkan
 Ketika Jepang memasuki Makassar pada bulan Februari 1942, Iwa dan para tokoh lainnya memilih   naskah proklamasi kemerdekaan. Naskah proklamasi semula diberi judul “Maklumat Kemerdekaan”,
 mengungsi ke luar kota, Sungguminasa. Akibatnya suasana kota Makassar dalam keadaan sunyi. Jepang   namun setelah menerima usulan, termasuk dari Iwa Kusuma Sumantri, judul tersebut diganti menjadi
 berusaha menghubungi para tokoh politik di Makassar agar bersedia menjalankan pemerintahan kota   “proklamasi”.  Pada akhirnya Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus
                           33
 seperti biasa. Para tokoh Makassar memilih Nadjamuddin Daeng Malewa sebagai Walikota Makassar   1945 dengan upacara sederhana di Pegangsaan Timur.
 dengan dibantu Sutan Jusuf Samah dan Iwa Kusuma Sumantri. Jepang mengangkat Iwa Kusuma Sumantri
 sebagai Kepala Dai Ichi Bucho (Kantor Pengadilan) pertama di Makassar.  Meskipun mendapat posisi
 30
 strategis, Iwa merasa tidak aman atas masa depannya di Makassar. Salah satu penyebabnya adalah   MENTERI SOSIAL PERTAMA
 berita tentang pembersihan tokoh-tokoh politik di Banjarmasin oleh Jepang. Dengan alasan untuk   Dalam  susunan  kabinet  pertama  Indonesia  setelah  kemerdekaan, Iwa  Kusuma  Sumantri diberi
 berobat, ia minta izin ke Jawa. Jepang meluluskan permintaan tersebut, sehingga Iwa pergi ke Surabaya   mandat menjadi Menteri Sosial dan Perburuhan. Iwa menghadapi masalah kembalinya romusha yang
 dengan berlayar selama lima hari. Ia menumpang teman lamanya di PI yang menjadi penasihat ekonomi   dipekerjakan baik di dalam negeri maupun di luar negeri untuk dikembalikan ke tempat asalnya.  Selain
                                                                                                   34
 Jepang di Surabaya, Ali Sastroamidjojo.  itu hal mendesak yang dihadapi Kementerian Sosial adalah masalah fakir miskin dan gelandangan yang
               menumpuk di Jakarta.  Mereka terlantar sejak masa pendudukan Jepang. Tantangan lain yang juga
                                   35
 Iwa Kusuma Sumantri tidak tinggal lama di Surabaya. Ia memutuskan pergi ke Jakarta. Bersama kerabat   dihadapi Menteri Iwa Kusuma Sumantri adalah menghidupkan kembali organisasi buruh yang sempat
 lain di PI, A.A. Maramis, ia mendirikan kantor pengacara di Jakarta. Para tokoh pergerakan, seperti   kolaps pada masa Jepang. Iwa berhasil menggalang buruh-buruh dan dikumpulkan dalam Kongres Buruh
 Soekarno, Hatta, Ahmad Soebardjo, dan Sartono, menyambut kedatangan Iwa di Jakarta. Selama di   yang diadakan di Surakarta pada tanggal 7-9 Oktober 1945. Kebijakan lain yang dilakukan Iwa selaku
 Jakarta, Iwa terjun ke dalam pergerakan bawah tanah melawan pemerintah Jepang. Menurut Kahin, ada
 empat kelompok pemuda bawah tanah melawan Jepang: (1) gerakan bawah tanah di bawah pimpinan   Menteri Sosial dan Perburuhan dalam melengkapi kelembagaan republik baru ialah membentuk Palang
               Merah Indonesia (PMI), yang dibangun bersama dengan Menteri Kesehatan Boentaran Mertoatmodjo
 Sjahrir dengan mengembangkan gerakan di Jakarta, Garut, Cirebon, Semarang, dan Surabaya; (2)   pada tanggal 19 September 1945.
 kelompok persatuan mahasiswa yang terdiri dari mahasiswa kedokteran di Jakarta; (3) kelompok yang
 dipimpin oleh Sukarni, yang di dalamnya ada Chaerul Saleh, Adam Malik, dan Wiguna; (4) kelompok   Kiprah Iwa Kusuma Sumantri dalam kabinet presidensial tidak berlangsung lama. Pada bulan November
 31
 yang dipimpin oleh Amir Sjarifuddin, yang memiliki massa besar di kalangan golongan pemuda kiri.    1945 kabinet ini digantikan oleh kabinet parlementer yang dipimpin Sjahrir. Hubungan Sjahrir dengan



 214  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  215
   222   223   224   225   226   227   228   229   230   231   232