Page 229 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 229

Kiri
 Iwa Kusuma
 Sumantri sedang
 berbicara dalam
 sebuah acara
 (Sumber: Arsip
 Nasional Republik
 Indonesia)    Setelah Kabinet Ali Sastroamidjojo berakhir dan digantikan Kabinet Burhanuddin Harahap, Iwa kembali
               menjadi anggota DPR mewakili fraksi pembangunan.  Ia juga menjadi Ketua Badan Musyarawah Sunda
                                                              42
 Kanan         (BMS). Pada tahun 1958 ia meninggalkan dunia politik dan bergabung ke dalam lembaga pendidikan. Atas
 Iwa Kusuma    usul Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan ia ditunjuk oleh Presiden Soekarno sebagai Rektor
 Sumantri, Menteri
 Perguruan Tinggi   Universitas Padjajaran (Unpad) di Bandung. Ketika menjabat Rektor Unpad, Iwa mengusulkan adanya
 Ilmu Pengetahuan I,                                                                   43
 tahun 1961-1962  Undang-undang (UU) Perguruan Tinggi untuk memperbaiki mutu pendidikan.  Ia juga menghapus
                                                                                                    44
 (Sumber: Arsip   sistem perploncoan yang feodal dan diganti dengan sistem pengenalan biasa yang lebih egaliter.  Saat
 Nasional Republik   menjabat sebagai Rektor Unpad inilah Iwa dikukuhkan sebagai guru besar di bidang hukum pidana. Ia
 Indonesia)
               menyampaikan pidato pengukuhan berjudul “Revolusionisasi Hukum Indonesia”.



               MENTERI PTIP, MANIPOL-USDEK, PEREMAJAAN UNIVERSITAS, DAN UU
               PERGURUAN TINGGI

               Pada penghujung dasawarsa 1950-an krisis di bidang politik, militer, dan kedaerahan yang menggerogoti
                                                                       45
               demokrasi parlementer berubah menjadi pukulan mematikan.  Sederet kabinet yang dibentuk oleh
 Iwa  kurang  begitu baik. Menurut Iwa, Sjahrir sebagai ketua  Badan Pekerja  (BP) Komite Nasional   koalisi partai ternyata gagal menentukan arah politik dan malah melahirkan konflik-konflik politik yang
 Indonesia Pusat (KNIP) berjalan sendiri tanpa kontrol anggota ataupun sidang anggota. Perundingan-  tiada habisnya.  Dalam tubuh internal angkatan darat serta hubungan politik antara politisi dan militer
                            46
 perundingan dengan Inggris dan Belanda yang disiapkannya mencemaskan pemimpin lain, seperti   tidak selalu stabil. Masalah tersebut diperparah oleh tumbuhnya permusuhan di daerah-daerah yang
 Soekarno, Soebardjo, dan Iwa. Tindakan Sjahrir tersebut dianggap Iwa sebagai “inkonstitusionil”. Atas   tidak puas atas mekanisme pengaturan hubungan antara pusat dan daerah. Percikan yang terjadi di
 sikap tersebut Iwa menerima surat keputusan pemberhentian sebagai Menteri Sosial sesampainya di   beberapa daerah di Sumatera dan Sulawesi membuka peluang bagi Soekarno mengambil alih kendali.
 Jakarta sepulang dari perundingan.  Iwa memutuskan menjadi oposisi terhadap jalan diplomasi yang   Soekarno, yang  mengeluhkan  kecilnya  peran  presiden  sebagaimana  diamanatkan  Undang-undang
 36
 ditempuh Perdana Menteri Sjahrir. Ia bergabung dengan Persatuan Perjuangan (PP) yang dipimpin Tan   Dasar Sementara  (UUDS) 1950, mengajak rakyat memikul bersama  kegagalan demokrasi liberal
 Malaka yang juga menentang politik berunding dengan Belanda.  PP memiliki slogan “merdeka 100%”.   dan mendukung gagasannya mengenai demokrasi terpimpin yang dianggap lebih sesuai dengan alam
 37
 Gagasan mereka berpengaruh besar sebab Jenderal Soedirman secara terbuka memberikan dukungan   kenyataan Indonesia.  Dalam pandangan Soekarno, demokrasi liberal bertentangan dengan proses
                                  47
 dalam sebuah rapat terbuka di Purwokerto dengan mengatakan “... lebih baik diatoom sama sekali   politik yang dibutuhkan oleh Indonesia. Segala lembaga yang didasarkan pada filosofi tersebut harus
 daripada merdeka ta’ 100%”. 38  disingkirkan, termasuk parlemen yang ada, dan diganti dengan model kepemimpinan serta perencanaan
               yang berpandangan benar. “Apabila kita hendak membangun masyarakat sosialis di Indonesia maka
 Perbedaan politik antara PP dan pemerintah yang semakin memanas berujung pada aksi penculikan   kita harus memiliki perencanaan komprehensif, dan perencanaan tersebut harus dijalankan dengan
 Sjahrir pada tahun 1946. Sebagai tindak balasan, para tokoh PP, seperti Tan Malaka, Yamin, Ahmad   pengarahan yang cakap, jadi kita harus punya demokrasi terpimpin,” kata Soekarno dalam diskusi
 Soebardjo, Boentaran, dan Iwa, ditangkap oleh pemerintah dan dipenjarakan. Iwa dipindahkan dari   dengan Dewan Nasional ketika menggodok konsep demokrasi terpimpin pada bulan Juli 1958. 48
 satu penjara ke penjara lain sebelum akhirnya dibebaskan pada tanggal 9 Agustus 1948 oleh Presiden
 Soekarno. Iwa mendapat grasi dan namanya direhabilitasi karena tidak terbukti bersalah.   Pada tahun 1959, melalui Dekrit Presiden, Soekarno menghapus UUDS 1950, membubarkan Majelis
               Permusyawaratan  Rakyat  Sementara  (MPRS), dan  memberlakukan  kembali Undang-undang  Dasar
 Ketika Belanda melaksanakan aksi militer kedua pada bulan Desember 1948, Iwa Kusuma Sumantri   (UUD) 1945. Dengan langkah tersebut Soekarno ingin mengembalikan Indonesia ke jalan politik yang
 yang sedang berada di Yogyakarta ikut ditangkap bersama dengan Soekarno dan Hatta serta pemimpin-  semestinya, yaitu berdasarkan semangat revolusi antiimperialisme dan bukan berdasarkan ideologi
 pemimpin lain seperti Sjahrir dan Ali Sastroamidjojo. Sesudah dibebaskan oleh Belanda, Iwa masuk   liberal. Hal ini diungkapkan secara gamblang oleh Soekarno dalam pidato pada Hari Kemerdekaan
 Partai Murba yang didirikan oleh Tan Malaka, Chaerul Saleh, Sukarni, dan Adam Malik pada tahun   Indonesia tahun 1959. Bagi Soekarno, tahun 1959 merupakan tahun “penemuan kembali revolusi kita”
 1948. Ia diminta Partai Murba menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat   sesudah melewati masa 1950-1955 yang kacau balau. Setelah melewati masa itu, menurut Soekarno,
 (DPR-RIS) mewakili kelompok progresif lembaga ini. 39  kita mengalami purgatorio ‘penyucian’ dan melanjutkan perjalanan Indonesia di atas rel revolusi demi

                                                                         49
 Jabatan penting yang diemban Iwa berikutnya adalah Menteri Pertahanan dalam Kabinet Ali   mengejar cita-cita revolusi, yaitu masyarakat adil dan makmur.  Sarana mencapai tujuan itu hanya
 Sastroamidjojo tahun 1953 mewakili faksi progresif. Posisi ini strategis, tetapi memiliki tantangan berat   bisa melalui demokrasi terpimpin, yang merupakan demokrasi kekeluargaan, tanpa anarki liberalisme,
                                       50
 sebab Iwa harus membenahi perpecahan di dalam Angkatan Darat pasca peristiwa 17 Oktober 1952.   tanpa  autokrasi diktator.  “Manifesto  Politik”  yang  digaungkan oleh Soekarno  lewat pidatonya
 Program inti Iwa menyatakan bahwa “wibawa militer harus dikembalikan ke dalam proporsi yang   tersebut dilengkapi dengan simbol-simbol ideologis, yaitu loyalitas terhadap UUD 1945, sosialisme
 40
 sewajarnya”.  Iwa membuat kebijakan yang menjadikan Jakarta sebagai daerah militer tersendiri yang   Indonesia, demokrasi terpimpin, ekonomi terpimpin, dan kepribadian Indonesia. Rangkaian simbol-
 terpisah dengan Jawa Barat. Buah program tersebut adalah pembentukan Kodam V Jaya. Selain itu Iwa   simbol ideologis ini kemudian dipopulerkan dengan akronim “Manipol-USDEK”, singkatan yang
               melambangkan kegemaran Soekarno melontarkan slogan-slogan yang menyengat.
                                                                                        51
 memberi perhatian kepada pembangunan asrama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dan
 pensiun janda pahlawan.  Perwira-perwira militer yang berprestasi pun diusulkan untuk mendapat   Salah satu lembaga strategis yang dapat menyalurkan dan menanamkan gagasan Manipol-USDEK
 41
 pendidikan di luar negeri.  secara efektif kepada masyarakat adalah lembaga pendidikan, terutama perguruan tinggi. Sebagai




 216  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  217
   224   225   226   227   228   229   230   231   232   233   234