Page 23 - E- MODUL HIKAYAT
P. 23
Tak lama kemudian, masyhurlah kepada segala alam bahwa Maharesi Kali
mempunyai seorang putri yang sangat elok parasnya. Setelah umur Sita Dewi
genap dua belas tahun, Maharesi Kali mengadakan sayembara untuk memilih
menantu: barangsiapa yang dapat mengangkat panah yang ada di halaman
rumahnya dan dapat pula memanah pohon lontar dengan sekali panah atas
empat puluh pohon, dia akan diterima menjadi suami Sita Dewi.
Banyaklah sudah anak raja yang besar-besar berkumpul di negeri
Maharesi Kali. Yang tidak datang hanyalah anak-anak Dasarata. Maharesi lalu
pergi menjemput anak-anak Dasarata. Dengan hati yang berat, Dasarata
melepaskan Sri Rama dan Laksamana pergi mengikuti Maharesi Kali ke negeri
Darwati Purwa. Dalam perjalanan, Rama sudah menunjukkan keberaniannya.
Raksasa Jagina (Shellabear: Jekin), badak, naga (ular) yang selalu menggangu
perjalanan manusia habis ditewaskannya.
Sayembara dimulai. Tetapi tidak seorang pun anak raja yang dapat dengan
sekali panah, menerusi empat puluh pohon lontar. Rawana sendiri hanya dapat
menerusi tiga puluh delapan pohon saja (hanya dalam versi Roorda). Akhirnya
dengan tenang Rama masuk ke dalam gelanggang sayembara. Dengan sekali
panah saja, keempat puluh pohon lontar kenalah semuanya. Bukan main
terkejutnya anak-anak raja yang berkumpul di situ. Dengan demikian Rama pun
beroleh Sita Dewi sebagai istri.
Untuk mencoba kearifan Rama, Maharesi Kali menyembunyikan Sita Dewi
dalam rumah berhala pula. Ia mengatakan kepada Rama bahwa Sita sudah
hilang. Dengan mudah saja, Rama menemukan Sita kembali. Dalam perjalanan
pulang pula, ada empat orang anak raja yang putus asa mencoba menghalangi
Rama. Tetapi semuanya dikalahkan oleh Rama.
Segala persiapan sedang diadakan untuk menabalkan Rama dalam
negeri. Si Budak Bungkuk menghasut Baliadari menuntut Dasarata supaya
menunaikan janjinya, yaitu menabalkan anak-anak Baliadari. Apa daya, kata raja
tak dapat diubah, maka terpaksalah Dasarata mengabulkan permohonan
Baliadari. Rama dan Sita, bersama-sama Laksamana lalu meninggalkan negeri
dan pergi bertapa di dalam hutan.
Maka berjalanlah Sri Rama dan Laksamana di dalam hutan belantara.
Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan beberapa orang Maharesi yag baik
kepada mereka. Anggasa Dewa, Kikukan, dan Wirata Sakti menjamu mereka dan
mengajak Sri Rama bertapa bersama-sama dengan mereka. Rama menolak dan
meneruskan perjalanan hingga sampailah di bukit Indra Pawanam. Di sini ada
seorang raksasa Purba Ita mencoba melarikan Sita. Raksasa itu dibunuh oleh
Rama. Maka Rama pun membuat tempat pertapaan di bukit ini.
Menurut Shellabear, sesudah mengalahkan keempat anak raja yang
mencoba menghalanginya, Rama mengambil keputusan tak akan pulang ke
negeri, karena ayahnya telah memilih Baradan sebagai pengganti raja. Rama
dan Sita, bersama-sama dengan Laksamana lalu masuk ke hutan belantara,
mencari tempat yang sesuai untuk bertapa. Mereka bertemu dengan seorang
pertapa, Maharesi Astana namanya, yang memberitahu Laksamana tentang dua
kolam aneh yang terdapat dalam hutan itu. Suatu kolam airnya jernih, tetapi
barang siapa yang mandi di dalamnya akan menjadi kera. Sebuah lagi airnya
keruh. Rama dan Sita mandi di kolam jernih dan mereka menjadi kera seketika
itu juga. Untunglah ada Laksamana yang sempat menyelamatkan mereka.
Bahasa Indonesia SMA/MA Kelas X | 22