Page 48 - Profil PMKS Update 2014_Neat
P. 48

Profil Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial 2012


               Berdasarkan pendekatan kebutuhan minimum baik kebutuhan jasmani, rohani dan

               sosial ditetapkan  kriteria untuk menentukan derajat ketelantaran balita.

               b.    Anak Telantar


                     UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 1 ayat (1) Anak

               adalah  seseorang  yang  belum  berusia  18  (delapan  belas)  tahun,  termasuk  anak
               yang masih dalam kandungan. Dalam publikasi ini anak dibagi dalam 2 kelompok

               usia  yaitu  balita  (0-4  tahun)  yang  selanjutnya  masuk  kelompok  balita  dan  5  -  17
               tahun.  Khusus  pengertian  anak  dalam  analisis  ini  sesuai  kesepakatan  adalah
               penduduk berumur 5 -17 tahun (belum berusia 18 tahun) yang belum kawin.Pada

               ayat (6) Anak telantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar,
               baik  fisik,  mental,  spiritual,  maupun  sosial.  Berdasarkan  pendekatan  kebutuhan
               minimum  baik  kebutuhan  jasmani,  rohani  dan  sosial  ditetapkan    kriteria  untuk

               menentukan derajat ketelantaran anak.


               c.    Lanjut Usia (Lansia) Telantar


                     Lanjut  usia  (lansia)  adalah  seseorang  yang  telah  mencapai  usia  60  (enam
               puluh)  tahun  ke  atas  (UU  Nomor  13  Tahun  1998  Tentang  Kesejahteraan  Lanjut
               Usia).  Lansia  yang  berpotensi  telantar  antara  lain  disebabkan  mereka  tidak

               mempunyai  keluarga,  sanak  saudara  atau  orang  lain  yang  mau  dan  mampu
               mengurusnya atau tidak mempunyai penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan
               minimumnya,  baik  jasmani,  rohani  maupun  sosial.  Lanjut  usia  telantar  adalah

               seseorang  berusia  60  tahun  ke  atas  yang  tidak  dapat  memenuhi  kebutuhan
               dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosial.


               d.    Rumah Tidak Layak Huni


                     Rumah  tidak  layak  huni  didefinisikan  sebagai  rumah  yang  tidak  memenuhi
               persyaratan keselamatan, bangunan dan kesukupan minimum luas bangunan serta

               kesehatan penghuninya (Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 22/Permen/
               M/2008).


                     Derajat  kelayakan  rumah  tempat  tinggal  diukur  dari  dua  aspek  yaitu  (1)
               kualitas  fisik  rumah  dan  (2)  kualitas  fasilitas  rumah.  Kualitas  fisik  rumah  tempat

               tinggal diukur dengan 3 variabel, yaitu : jenis atap terluas, jenis dinding terluas dan


                                                                                      Metodologi
                                                                                                                                               Met
               | 20                                                                                                                 Met odologi  Metodologi
                                                                                                                                                  odologi
                 0
                                                                                      Metodologi
   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53