Page 14 - e-modul bab 6 PAI
P. 14
3) Menutup aurat hukumnya wajib karena alasan Sadduz Dzara’i,
yaitu menutup pintu/peluang kepada dosa yang lebih besar.
2. Menolak Pornografi dan Pornoaksi
Istilah pornografi dalam Ensiklopedi Hukum Islam (1997)
berasal dari bahasa Yunani porne dan graphien. Porne artinya
perempuan jalang, sedangkan graphien artinya menulis. Jadi pornog-
rafi berarti bahan baik tulisan maupun gambaran yang dirancang
dengan sengaja dan semata-mata untuk tujuan membangkitkan nafsu
syahwat.
Hawari (2010) menyatakan bahwa pornografi mengandung
arti:
a. Penggambaran tingkah laku secara erotis dengan perbuatan atau
usaha untuk memberikan stimulasi erotis, misalnya melalui
pakaian.
b. Perbuatan atau sikap yang memicu timbulnya nafsu syahwat,
misalnya melalui pemakaian pakaian mini, pakaian yang ketat
yang melekat pada bentuk tubuh.
Pornografi dan pornoaksi merupakan pemicu terjadinya zina,
karena dua hal tersebut mendekatkan seseorang pada perbuatan zina.
Selain itu, pornografi dan pornoaksi dapat memicu munculnya
tindakan-tindakan agresif seksual. Penelitian Hilton pada tahun 2009
(dalam Hawari, 2010) menemukan bahwa kecanduan pada pornog-
rafi bermuara ke perubahan sirkuit otak. Seseorang yang kecanduan
pornografi, hormonnya akan terpakai terus menerus dan pada
akhirnya jumlahnya menjadi sangat sedikit. Sel otak yang
memproduksi dopamin menjadi mengecil, sehingga sel itu mengerut
dan tidak berfungsi normal. Gangguan tersebut membuat
neurotransmitter (sinyal penghantar syaraf) atau pengirim pesan
kimiawi pada otak terganggu, sehingga mempengaruhi kekuatan daya
belajar dan memori. Remaja atau mahasiswa yang terobsesi dengan
pornografi akan sulit mengkonsentrasikan pikirannya pada belajar,
mengingat kemampuan daya ingatnya telah tercemari nafsu syahwat
(Al Ghifari, 2005).
Terkait dengan pornografi dan pornoaksi, Majelis Ulama‟
Indonesia (dalam Hawari, 2012) telah menetapkan fatwa no. 287
tentang hukum pornografi dan pornoaksi. Fatwa tersebut
menyatakan bahwa:
a. Menggambarkan secara langsung atau tidak langsung, tingkah
laku secara erotis, baik dengan tulisan, gambar, tulisan, suara,
13