Page 9 - e-modul bab 6 PAI
P. 9
C. Proses Pembentukan Akhlak
Dalam perspektif psikologi kepribadian, kecenderungan
psikologis dan biologis manusia adalah mengarah pada kebaikan
bukan keburukan, namun mudah menerima rangsangan negatif dari
luar dirinya (Hasyim, 2002). Untuk itu, perlu adanya pengendalian
terhadap kecenderungan tersebut agar manusia tidak mudah
menerima rangsangan yang mengarahkannya pada keburukan
sehingga terwujud akhlak yang baik.
Secara umum, akhlak yang baik dapat dibentuk dalam diri
setiap individu. Akhlak dapat dibentuk berdasarkan asumsi bahwa
akhlak adalah hasil dari usaha pembinaan, bukan terjadi dengan
sendirinya. Potensi ruhaniah yang ada dalam diri manusia
sebagaimana dikemukakan Nata (2001) termasuk di dalamnya akal,
nafsu amarah, nafsu syahwat, dapat dibina dengan pendekatan yang
tepat. Proses pembentukan akhlak dapat dilakukan antara lain
melalui cara-cara berikut.
1. Pembiasaan
Al-Ghazali (dalam Nata, 2002) menyatakan bahwa kepribadian
manusia pada dasarnya dapat menerima segala upaya pembentukan
melalui pembiasaan. Pembiasaan untuk membentuk akhlak yang
baik, dapat dilakukan dengan cara melatih jiwa kepada tingkah laku
yang baik, dan mengendalikan jiwa untuk menghindari tingkah laku
yang tidak baik.
Secara spesifik, pembiasaan sebagai strategi untuk membentuk
akhlak yang baik dapat dilakukan secara sistematis. Lickona (dalam
El-Mubarak, 2008) menegaskan bahwa untuk membentuk karakter
dan nilai-nilai yang baik diperlukan pengembangan terpadu yang
meliputi pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan moral.
Untuk itu, agar setiap individu memiliki kemauan dan kompetensi
dalam pembentukan nilai-nilai yang baik, maka diperlukan pem-
biasaan. Hal ini diperlukan agar individu mampu memahami,
merasakan dan sekaligus mengerjakan nilai-nilai kebaikan.
Pembiasaan dapat menumbuhkan kekuatan pada diri untuk
melakukan aktivitas tanpa paksaan. Namun demikian, pada situasi
tertentu strategi pembiasaan melalui cara “paksaan” dapat dibenar-
kan. Hal ini karena, suatu perbuatan yang dilakukan secara terus
menerus, lama kelamaan tidak terasa sebagai paksaan. Selanjutnya
akan menjadi kebiasaan yang mengakar dalam jiwa, sehingga
menjadi sifat baik yang mendorong lahirnya akhlak yang baik.
8