Page 17 - Sinar Tani Edisi 2085
P. 17

GELIA T  MILENIAL               Pangan                            E-paper Edisi 7 - 13 Mei 2025  |  No. 4085 Tahun LV                   17


         Di Tangan Catur,




         Sampah Dapur Lebih Bernilai Ekonomi




          Bagi masyarakat sampah rumah tangga adalah
          limbah yang harus dibuang. Tapi bagi mahasiswa
          Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta
          Magelang          (Polbangtan          YOMA)        Kementerian
          Pertanian, sampah rumah tangga justru bisa
          mempunyai nilai ekonomi.


                    engan    gerakan    me­   organik   menjadi    kompos     ini
                    ngom  pos, Ilham Catur    bertujuan untuk mengelola sampah
                    Darmawan,    maha siswa   organik yang sebelumnya hanya
                    Semester   8   Program    sekedar tertimbun di suatu lokasi.
        DStudi             Agribisnis  Horti­  Yang bisa berpotensi membahayakan
          kultura Polbangtan YOMA, sampah     lingkungan sekitar,” papar Catur
          dapur berhasil diolah menjadi pupuk   yang   menggandeng       Yayasan
          bernilai ekonomi yang cukup tinggi.   Penguat an Partisipasi, Inisiatif, dan
             Ketertarikan Catur pada budidaya   Kemitraan  Masyarakat  Indonesia
          pekarangan    rumah   mendorong     (YAPPIKA) untuk mendanai gerakan
          dirinya  mulai  mempelajari   pe­   mengompos ini.
          manfaatan limbah menjadi pupuk         Dalam     mengelola     sampah
          kompos/pupuk cair. “Dari situ muncul   dapur, Catur menggunakan metode
          keinginan saya untuk lebih lanjut   pengolahan      anaerob.    Untuk
          lebih peduli pada lingkungan, mulai   medianya ia mencoba beberapa
          dari menyisihkan sampah organik     bahan. Dari mulai menggunakan
          sampai membuat lingkungan yang      bak dari harbel, ember tumpuk,
          tidak hanya bersih tapi juga enak   compostbag,  raised  bed, biopori di
          dilihat (estetik),” tuturnya.       planterbag, atau sekedar ditimbun di    ”Melalui pengolahan dengan skala   memasak. ”Tentunya limbahnya itu
             Sebagai   bentuk    kepedulian   suatu tempat.                         yang lebih besar, pengelolaan sampah   bisa dikelola dengan baik,” ujarnya.
          terhadap lingkungan, Catur pun         Catur   berharap,   pengelolaan    rumah tangga menjadi kompos akan        Menurutnya, pengolahan sampah
          mengajak ibu­ibu rumah tangga       sampah organik menjadi kompos         bisa dikomersialkan,” katanya.       organik menjadi pupuk kompos
          yang bergabung di KWT Den Ayu       bisa   dikembangkan    masyarakat       Penyuluh Pertanian BPP Kali­       merupakan salah satu upaya untuk
          Putri,  Desa  Bakalan, Kecamatan    dalam skala besar, sehingga memiliki   nyamatan, Dewi Triana Novarani      meng hemat pengeluaran dalam
          Kalinyamatan, Kabupatan Jepara.     nilai  tambah   ekonomi.   Apalagi    merespon    baik    gerakan    ini.  budidaya tanaman. Terlebih lagi
          Dirinya  kemudian    mengedukasi    anggota Jepara Green Generation ini   Sebenarnya menurut Dewi, per­        bagi, ibu­ibu anggota KWT yang
          untuk mengolah sampah rumah         melihat kebutuhan pupuk kompos        masalahan   sampah    dapur  bisa    suka menanam di pekarangan,
          tangga menjadi kompos.              memiliki  permintaan  pasar  yang     diminimalisir dari rumah masing­     tentu nya  membutuhkan     pupuk
             “Gerakan  pengolahan    limbah   cukup besar.                          masing, terutama ibu­ibu yang suka   untuk tanamannya. Osi/Yul


             Petani Muda NTT



             Buktikan Bertani Itu Keren


         S         ejumlah Tenggara   muda    juga dilakukan oleh Arlon Sanam,

                             petani
                   dari Kabupaten Kupang,
                                              Ketua  Kelompok Taruna Tani di
                                              Desa Kuimasi, Kecamatan Fatuleu,
                                      Timur
                   Nusa
                   (NTT)
                               menunjukkan
                                              Kabupaten Kupang. Ia menggeluti
                   bahwa
                            bertani
                                      bukan
                                                                        pasarnya
                   hanya pekerjaan mulia,
                                                                 yaitu
                                              menguntungkan,
          tetapi juga pilihan karier yang keren,   budidaya jamur tiram karena dinilai
                                              yang stabil dan menguntungan.
          modern, dan menjanjikan secara         “Kenapa saya memilih jamur
          ekonomi. Bahkan ada yang mampu      tiram? Karena di NTT dari tahun ke
          meraup pendapatan hingga Rp50       tahun harga tidak pernah turun.
          juta per bulan.                     Kalau di Jawa satu kilo paling tinggi
            Salah satunya Mardianu, seorang   Rp20.000, kami di sini rata­rata
          petani muda yang sejak tahun 2018   Rp 40.000 bahkan bisa sampai Rp
          mengembangkan usaha konservasi      60.000 per kilogram,” ujarnya.
          dan bisnis ternak ayam kampung         Selain budidaya jamur tiram, Arlon
          unggul Balitbangtan (KUB). “Puji    juga aktif dalam pembibitan cabai
          Tuhan dengan aktivitas konservasi   dan bawang menggunakan teknologi
          dan bisnis ternak, pendapatan kami   soil block, hasil kolaborasi dengan
          rata­rata Rp30­50 juta per bulan,”   Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
          kata nya saat diwawancarai pada     dan Direktorat Jenderal Hortikultura
          Rabu (7/5).                         Kementerian Pertanian.                Jika sebelumnya hanya mengelola      membuktikan bahwa bertani tidak
            Tidak hanya fokus pada usahanya,     Sementara itu, Yustianus, Duta     lahan 1.000 meter persegi, kini sudah   lagi identik dengan kemiskinan.
          Mardianu juga aktif mendampingi     Petani   Milenial  dari  Kabupaten    mencapai   43.000   meterpersegi.    Dengan pendekatan modern, peng­
          petani muda dari 22 kabupaten/      Kupang, membangun model per­          Bahkan ia mengaku, pendapatannya     gunaan teknologi, serta semangat
          kota di NTT untuk terlibat di sektor   tanian organik terintegrasi yang men­  mencapai Rp30­50 juta. ”Sekarang   kolaboratif,  mereka  menjadikan
          pertanian, baik komoditas tanaman   cakup hortikultura, peternakan, per­  saya juga sudah bekerja sama dengan   pertanian  sebagai  sektor  yang
          pangan, hortikultura, dan peternakan.   ikanan, dan pengolahannya. Dengan   beberapa kampus dan lembaga, baik   inovatif, menguntungkan, dan mem­
          “Kami berharap apa yang kami miliki   model pertanian ter sebut dapat ter­  lokal maupun internasional sehingga   banggakan. Mereka tidak hanya
          ini bisa dibagikan kepada masyarakat   cipta pertanian berkelanjutan dan ke­  tiap tahun sedikitnya 100 orang yang   sukses secara ekonomi, tetapi juga
          sekitar,” ucapnya.                  mandirian pupuk dari lahan itu sendiri.   belajar magang di sini,” katanya.  menjadi agen perubahan sosial yang
            Usaha    di  bidang   pertanian      Yustianus sudah 14 kali wirausaha.   Para petani muda NTT tersebut      menginspirasi. Yul
   12   13   14   15   16   17   18   19   20