Page 59 - Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X
P. 59

dari Rāmāyana. Di Indonesia misalnya gubahan yang dijumpai adalah Rāmāyana
                 kekawin yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno. Sampai saat ini kekawi Rāmāyana
                 oleh para peneliti dinyatakan sebagai karya sastra tertua di Indonesia. Kekawin ini
                 adalah kekawin yang paling besar dan paling panjang dalam kesusastraan Jawa Kuno.
                   Sumber asli dalam kekawin Rāmāyana itu adalah kitab Ravanavadha karangan
                 Bhatti, kitab ini sering juga disebut Bhattikavya. Secara tradisional kekawin Rāmāyana
                 dikarang oleh Empu Yogisvara. Kitab-kitab gubahan Rāmāyana sesungguhnya sangat
                 banyak kita jumpai di India ataupun di luar India, tetapi semua kitab gubahan tersebut
                 pada hakikatnya mengambil materi langsung maupun tidak langsung dari Rāmāyana
                 karya Vālmīki.
                   Adapun isi singkat dari tiap-tiap kanda dari kitab  Rāmāyana dapat diuraikan
                 sebagai berikut:
                 a. Bala Kanda
                   Negeri Kosala dengan ibukotanya Ayodhyā diperintah oleh raja Daśaratha. Raja
                 Dasaratha memiliki  tiga orang istri, Kausalya yang berputra  Rāmā sebagai anak
                 tertua, Kaikeyi yang berputra Bharata, dan Sumitra yang berputra Laksmana dan
                 Satrughna. Dalam sayembara di Wideha, Rāmā berhasil memperoleh Sītā putri raja
                 Janaka sebagai istrinya.
                 b. Ayodhyā Kanda
                   Dasaratha merasa sudah tua, maka ia hendak menyerahkan mahkotanya kepada
                 Rāmā. Datanglah Kaikeyi yang memperingatkan bahwa ia masih berhak atas dua
                 permintaan yang mesti dikabulkan oleh raja. Maka permintaan Kaikeyi yang pertama
                 ialah supaya bukan Rāmā melainkan Bharatalah yang menjadi raja menggantikan
                 Dasaratha. Permintaan kedua ialah supaya Rāmā dibuang ke hutan selama 14 tahun.
                   Demikianlah Rāmā, Lakṣmaṇa dan Sītā istrinya meninggalkan Ayodhyā. Tak lama
                 kemudian Dasaratha meninggal dan Bharata menolak untuk dinobatkan menjadi raja.
                 Ia pergi ke hutan mencari Rāmā. Bagaimana pun ia membujuk kakaknya, Rāmā tetap
                 pada pendiriannya untuk mengenbara terus sampai 14 tahun. Pulanglah Bharata ke
                 Ayodhyā dengan membawa terompah Rāmā. Terompah inilah yang ia letakkan di atas
                 singgasana, sebagai lambang bagi Rāmā yang seharusnya menjadi raja yang sah. Ia
                 sendiri memerintah atas nama Rāmā.
                 c.  Aranyaka Kanda
                   Di  dalam  hutan  Rāmā  berkali-kali  membantu  para  pertapa  yang  tidak  habis-
                 habisnya diganggu oleh raksasa. Suatu ketika ia berjumpa dengan raksasa perempuan
                 Surpanaka namanya, ia jatuh cinta padanya. Oleh Laksmana raksasa ini dipotong
                 telinga  dan hidungnya. Kemudian  ia melaporkan  peristiwa  ini  kepada  kakaknya
                 Ravana, seorang raja raksasa yang berkepala sepuluh dan memerintah di Alengka.
                 Diceritakan pula betapa cantiknya istri Rama.
                   Ravana pergi ke tempat Rāmā, dengan maksud menculik Sītā sebagai pembalasan

                 terhadap penghinaan adiknya. Marica seorang raksasa teman Ravana, menjelma
                 sebagai kijang emas, dan berlari-lari kecil di depan kemah. Rama dan Sītā sangat
                 tertarik, dan Sita meminta kepada suaminya untuk menangkap kijang itu. Ternyata



                 52   | Kelas X SMA/SMK
   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64