Page 4 - Microsoft Word - sejarah fiks
P. 4
Sebelum kerajaan siak berdiri, daerah Siak berada dibawah kekuasaan
Johor. Yang memerintah dan mengawasi daerah ini adalah raja yang ditunjuk
dan diangkat oleh Sultan Johor. Pada awal tahun 1699 Sultan Kerajaan Johor
bergelar Sultan Mahmud Syah II mangkat dibunuh Magat Sri Rama, istrinya
yang bernama Encik Pong, anak dari laksamana, pada waktu itu sedang hamil
dilarikan ke Singapura, lalu ke Jambi. Dalam perjalanan itu lahirlah Raja Kecil
dan kemudian dibesarkan di Kerajaan Pagaruyung Minangkabau.
Sementara itu pucuk pimpinan Kerajaan Johor diduduki oleh Datuk
Bendahara tun Habib yang bergelar Sultan Abdul Jalil Riayat Syah. Sultan Abdul
Jalil Riayat Syah mengisi kedudukan takhta kerajaan Johor yang kosong di
sebabkan pada saat itu Sultan Mahmud Syah II telah mangkat. Karena Raja Kecil
pada saat itu masih belum bisa di jadikan sebagai penerus yang di sebabkan
masih di dalam kandungan sang ibu, Encik Pong. Setelah Raja Kecil dewasa,
pada tahun 1717 Raja Kecil berhasil menuntu dan merebut tahta Johor dengan
bantuan dukungan dari Pagaruyung, Jambi dan Orang Laut di Kepulauan Riau.
Tetapi tahun 1722 kerajaan johor tersebut direbut kembali oleh Tengku
Sulaiman ipar Raja Kecil yang merupakan putra Sultan Abdul Jalil Riayat Syah.
Dalam merebut Kerajaan Johor ini, Tengku Sulaiman dibantu oleh
beberapa bangsawan Bugis. Terjadilah perang saudara yang mengakibatkan
kerugian yang cukup besar pada kedua belah pihak, maka akhirnya masing-
masing pihak mengundurkan diri. Pihak Johor mengundurkan diri ke Pahang,
dan Raja Kecil mengundurkan diri ke Bintan dan seterusnya mendirikan negeri
baru di pinggir Sungai Buantan (anak Sungai Siak).
Setelah Raja Kecil mendirikan pemerintahannya di Siak dan
mengundurkan dirinya dari Johor-Riau, ia memberikan jabatan-jabatan
penting kepada semua orang yang berasal dari Minangkabau di dalam
pemerintahannya. Mereka tergabung dalam suatu Dewan Orang Besar
Kerajaan. Terlihat pada perkembangan Kerajaan Siak Sri Indrapura, khususnya
pada aspek sosial keagamaan, nilai - nilai atau unsur - unsurnya adalah
kebudayaan bahasa Melayu. Bahasa yang dominan adalah bahasa Melayu dan
adat istiadatnya juga Melayu. Kepala suku berasal dari Minangkabau yaitu
Datuk Tanah Datar, Datuk Lima Puluh, Datuk Pesisir dan Datuk Kampar, namun
mereka tidak punya tanah ulayat. Kepala suku hamya pembesar di pusat
pemerintahan dan kerajaan.
Dengan berdirinya dan berkembangnya Kesultanan Siak sebagai sebuah
kerajaan bahari yang kuat menjadi kekuatan yang di perhitungkan di tengah
tekanan imperialisme Eropa. Jangkauan terjauh pengaruh kerajaan ini sampai
ke Sambas di Kalimantan Barat, sekaligus mengendalikan jalur pelayaran