Page 5 - Microsoft Word - sejarah fiks
P. 5
antara Sumatera dan Kalimantan. Pasang surut kerajaan ini tak lepas dari
persaingan dalam memperebutkan penguasaan jalur perdagangan di Selat
Melaka (Khairiah,2014).
Dari tahun 1723 hingga 1945 Kerajaan Siak dipimpin oleh 12 sultan,
dengan 13 periode. Para sultan yang memimpin Kerajaan Siak terbagi atas 2
kelompok nasab keturunan, yakni keturunan Melayu Johor dan keturunan Arab.
Nasab keturunan Melayu Johor berjumlah 6 orang sutan bermula dari sultan
pertama, Raja Kecik hingga SultanYahya yang dikenal dengan Marhum Mangkat
Didungun. Sulthan Yahya sebenarnya adalah sultan urutan yang ketujuh
memimpin kerajaan, karena sultan Ismail, sultan ketiga memimpin Krajaan Siak
menjalani dua kali peiode pemerintahan, yakni sebagai sultan ketiga dan
keenam. Sesudah Kesultanan Yahya berakhir, maka terjadi interaksi melalui
perwakinan bangsa Arab. Semenjak itu dipimpin sultan-sultan keturunan Arab
(Khairiah,2014).
Kesultanan Siak Sri Indrapura mengambil keuntungan atas pengawasan
perdagangan melalui Selat Melaka serta kemampuan mengendalikan para
perompak di kawasan tersebut. Kemajuan perekonomian Siak terlihat dari
catatan Belanda yang menyebutkan pada tahun 1783, ada sekitar 171 kapal
dagang dari Siak menuju Melaka. Siak menjadi kawasan segitiga perdagangan
antara belanda di melaka dan inggris di pulau pinang. Namun, disisi lain
kejayaan siak ini memberi kecemburuan pada keturunan yang dipertuan muda,
terutama sesudah hilangnya kekuasaan mereka pada kawasan kepulauan riau.
Sikap ketidaksukaan dan permusuhan terhadap sultan siak, terlihat dalam tuhfat
al-nafis, di mana dalam deskripsi ceritanya mereka menggambarkan sultan siak
sebagai orang yang rakus akan kekayaan dunia. Peranan sungai siak sebagai
bagian kawasan inti dari kerajaan ini berpengaruh besar terhadap kemajuan
perekonomian siak sri indrapura. Pada abad ke-18 kesultanan siak telah menjadi
kekuatan yang dominan di pesisir timur sumatera. Tahun 1780 kesultanan siak
menaklukkan daerah langkat dan menjadikan wilayah tersebut dalam
pengawasannya, termasuk wilayah deli dan serdang(khairiah, 2014)
Siak Menjadi kawasan segitiga perdagangan antara Belanda di Melaka
dan Inggris di Pulau Pinang. Namun, disisi lain kejayaan Siak ini memberi
kecemburuan pada keturunan Yang Dipertuan Muda, terutama sesudah
hilangnya kekuasaan mereka pada kawasan Kepulauan Riau. Sikap
ketidaksukaan dan permusuhan terhadap Sultan Siak, terlihat dalam Tuhfat al-
Nafis, di mana dalam deskripsi ceritanya mereka menggambarkan Sultan Siak
sebagai orang yang rakus akan kekayaan dunia. Peranan Sungai Siak sebagai
bagian kawasan inti dari kerajaan ini berpengaruh besar terhadap kemajuan
perekonomian Siak Sri Indrapura. Pada abad ke-18 Kesultanan Siak telah