Page 30 - E-Book Suhu dan Kalor Cahya Widya Gunawan
P. 30
KONSEP AWAL TENATANG KALOR
Pada masa awal, sebelum berkembangnya sains modern, panas dipahami
sebagai sesuatu yang bersifat abstrak dan misterius. Dalam peradaban
kuno, panas sering dikaitkan dengan elemen dasar alam, seperti api,
yang dianggap sebagai salah satu dari empat elemen (bersama udara,
air, dan tanah) menurut pandangan filsafat Yunani kuno.
Aristoteles (384–322 SM):
Aristoteles percaya bahwa
panas adalah kualitas
dasar yang dimiliki oleh
elemen api. Dia
mengaitkan panas dengan
kekuatan transformasi,
Gambar. Bapak Filsafat Aristoteles
seperti pembakaran kayu
Sumber: https://ethics.org.au/big- menjadi abu.
thinker-aristotle/
Teori Kalorik
Pada abad ke-17 dan 18, berkembanglah teori kalorik, yang menjadi dasar
pemahaman tentang panas pada masa itu. Teori ini menyatakan bahwa
panas adalah zat tak terlihat bernama "kalorik," yang dapat mengalir dari
satu benda ke benda lain.
Antoine Lavoisier (1743–1794): Lavoisier, seorang ilmuwan Prancis,
mendukung teori kalorik. Dia menganggap kalorik sebagai zat fluida
yang tidak memiliki massa tetapi dapat bergerak dari benda panas
ke benda dingin. Dalam teori ini, panas dianggap sebagai zat materi,
bukan bentuk energi.
Gambar. Bapak Ilmuwan Antione Lavoisier
Sumberhttps://www.prensalibre.com/internacional/
Teori kalorik membantu menjelaskan beberapa fenomena, seperti
perpindahan panas melalui konduksi dan konveksi. Namun, teori ini
memiliki kelemahan karena tidak dapat menjelaskan beberapa
eksperimen, seperti hubungan antara panas dan kerja mekanik.
23